PR BANDUNGRAYA – Hingga saat ini, kasus infeksi ulang Covid-19 masih rentan terjadi.
Kendati demikian, kasus infeksi ulang Covid-19 ternyata sedang diteliti di beberapa negara seperti Belgia, Belanda, Hong Kong, dan Ekuador.
Sejauh ini, para ilmuwan menemukan adanya tanda genetik dari infeksi kedua Covid-19 yang tidak cocok dengan infeksi pertama.
Baca Juga: Demokrat Minta Pemerintah Luruskan Fitnah SBY Dalang Demo, Mahfud MD: Itu Hanya di Medsos Tak Jelas
Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet Infectious Diseases, satu contoh kasus pasien yang terinfeksi ulang menjalani dua tes Covid-19 sejak April 2020.
48 hari kemudian, pasien tersebut mengalami gejala yang parah, dan dinyatakan positif dalam tes keduanya.
Kendati demikian, ditemukan adanya perbedaan tanda genetik utama di antara kedua infeksi tersebut, sehingga besar kemungkinan pasien tersebut terpapar virus Covid-19 dua kali.
Baca Juga: Bikin ARMY Gagal Fokus, Lagi-lagi Nama Jungkook BTS Ada dalam Soal Ujian di Kampus Internasional
"Apakah kekebalan melindungi seseorang dari penyakit saat terinfeksi ulang? Belum tentu," kata peneliti imunobiologi, Akiko Iwasaki, dikutip dari Vox.
Lebih lanjut, Akiko memaparkan bahwa pasien yang terinfeksi ulang akan memiliki gejala yang lebih parah dibandingkan saat terinfeksi pertama kali.