Petualangan Mendaki untuk Pemula: Belajar dari Khansa Syahla tentang Memahami dan Melindungi Keindahan Alam

- 29 Agustus 2023, 13:18 WIB
Khansa Syahla bersama Kuns Kurniawan dan Tama Randy dalam acara Journalist Camp Pikiran Rakyat Media Network dan Eiger selepas membahas tentang Perbekalan dan Perjalanan Alam Bebas untuk Pemula di Sari Ater, Subang pada Kamis 24 Agustus 2023
Khansa Syahla bersama Kuns Kurniawan dan Tama Randy dalam acara Journalist Camp Pikiran Rakyat Media Network dan Eiger selepas membahas tentang Perbekalan dan Perjalanan Alam Bebas untuk Pemula di Sari Ater, Subang pada Kamis 24 Agustus 2023 /Dok. PRMN/

BANDUNGRAYA.ID - Selepas menikmati hidangan kambing guling, 41 orang masuk ke area kegiatan. Nampak jaket menyelimuti tubuh mereka untuk melindungi diri dari dinginnya suhu di Sari Ater Campervan Park Palasari, Ciater, Subang, Jawa Barat.

Tepat di atas hamparan rumput beralaskan terpal, 41 peserta yang merupakan Pemimpin Redaksi Pikiran Rakyat Media Network se Jawa Barat itu duduk siap mendengarkan kisah tentang Khansa Syahla.

Ya. Seorang gadis berumur 17 tahun yang sudah memiliki segudang pengalaman di alam. Sebab ia telah mendaki 83 gunung baik di Indonesia maupun luar negeri. Khansa juga dinobatkan sebagai 7 Summiters perempuan termuda Indonesia.

Baca Juga: Tas Eco Savior dan Keba: Inovasi Terkini dalam Dunia Petualangan di Indonesia Keluaran Eiger

Khansa nampak nyaman duduk di Camp Chair Eiger, kursi camping portable yang ringkas, ringan sambil ditemani 2 moderator enerjik, Kuns Kurniawan dan Tamarandy yang menghadap ke 41 pasang mata.

Di hadapan para Pimred, Khansa, dengan suaranya yang lembut namun penuh semangat itu berbagi kisah perjalanan hidupnya dan pengalaman mendakinya dalam acara talk show “Journalist Camp 2023 - Innovation, People & Nature”. Di mana acara ini merupakan hasil kolaborasi antara Pikiran Rakyat Media Network dan Eiger Adventure.

Mengawali cerita, ia mengaku memulai pendakiannya pada usia yang sangat muda, yakni pada saat 5 tahun, dengan mendaki Gunung Bromo. Meski itu adalah gunung wisata yang relatif mudah, tetapi pengalaman tersebut membangkitkan rasa ingin tahu Khansa tentang gunung-gunung lainnya.

Baca Juga: Socio Eco Journalism: Memahami Perubahan Sosial dan Ekologis di Mata Seorang Jurnalis Senior

“Emang bagi aku yang umur 5 tahun challenging juga, karena dingin, tinggi tapi pas nyampe di puncak rasanya seneng banget ngeliat keindahan alam dari puncak gunung gitu,” papar Khansa kepada moderator dan para Pimred, pada Kamis 24 Agustus 2023.

Usai menjejali Gunung Bromo pada usia 7 tahun, Khansa diajak oleh ayahnya ke Gunung Rinjani, salah satu gunung tertinggi di Indonesia. Namun, Khansa tidak mencapai puncak saat itu. Dia memutuskan untuk berhenti di pelawangan sebelum puncak, sengaja agar dia tetap merasa penasaran dan memiliki motivasi untuk kembali.

Percakapan berlanjut pada fase di mana keingintahuannya tentang gunung-gunung itu terus berkembang, dan pada tahun 2014, setelah menonton film "5 CM" yang menampilkan Gunung Semeru, dia mengungkapkan keinginannya untuk mendaki gunung itu.

“Waktu itu di tahun 2014 kira-kira muncul film 5cm, dan di film itu gunungnya di Semeru kan terus aku nonton kayak makin seru nih gunung Semeru,” tuturnya dengan penuh antusias.

Berdasarkan paparannya, kala itu, Khansa rupanya diharuskan memenuhi dua syarat dari ayahnya jika ingin mendaki Gunung Semeru yaitu, nilai sekolah yang baik dan persiapan yang matang. Sehingga, dia fokus pada dua hal ini.

Baca Juga: Menggali 4 Skill yang Harus Dimiliki Jurnalis Sebelum Liputan di Alam Bebas, Apa Saja?

Dia memastikan nilai-nilainya di sekolah tetap bagus dan menghabiskan waktu dua bulan untuk persiapan fisiknya.

Khansa melakukan latihan fisik dengan berlari, seringkali tiga kali seminggu, dan berlatih trekking dengan membawa beban tambahan untuk meningkatkan kekuatan tubuhnya. Dia juga belajar ilmu dasar yang dibutuhkan untuk beraktivitas di alam terbuka, seperti navigasi darat, survival, dan keterampilan bertahan hidup.

Diceritakan Khansa, selain persiapan fisik dan pengetahuan teknis, ia juga menggarisbawahi pentingnya memiliki perencanaan yang matang sebelum mendaki gunung. Ini termasuk perencanaan rute, perbekalan logistik, dan pengetahuan tentang gunung yang akan didaki.

Di tengah bahasan, ia juga menekankan pentingnya mendaki dengan orang yang berpengalaman, terutama bagi pemula. Mendaki gunung bukanlah perjalanan yang seharusnya diambil dengan sepele. Keamanan adalah prioritas utama, dan Khansa selalu mengutamakan keselamatan diri.

Selain persiapan yang matang, lanjut Khansa, menjalani ibadah dan berdoa saat mendaki gunung adalah hal yang sangat penting. Meskipun alam bisa menghadirkan tantangan, dia selalu mencari cara untuk menjalankan ibadah. Menurutnya, gunung adalah tempat yang indah untuk mengingatkan diri tentang kebesaran Tuhan.

“Sebenarnya ini paling penting di gunung itu, jangan ninggalin ibadah sekali pun, kalau aku pasti bakal selalu ada cara dan jalan untuk ibadah, misalnya kita lagi nggak ada air, nggak bisa wudhu kita bisa tayamum, kalau misalnya di luarnya lagi hujan, ataupun lagi angin banget, lagi dingin banget bisa sholat dalam tenda, lagi gak bisa berdiri, bisa duduk juga jadi kayak there's always a way dan terus berdoa, tetap zikir, jalan-jalan ibadah,” jelas Khansa.

Tanpa terasa, pemaparan Khansa yang menarik ini mampu menepis dinginnya malam hari di Sari Ater, Subang.

Cerita berlanjut ke penggalan kisah tentang pendakiannya ke Gunung Wilis di Tulungagung bersama dengan 17 tim wanita lainnya.

Ia dan perempuan lainnya melakukan pendakian ini sebagai bagian dari eksplorasi program "The 7 Longest Indonesia," yang mencakup 7 jalur pendakian gunung terpanjang di Indonesia.

Selama perjalanan ini, selain mendaki gunung, Khansa dan timnya juga membagikan ilmu dan pengalaman mereka kepada anak-anak setempat, serta melakukan kampanye kesadaran lingkungan.

Di akhir cerita, Khansa menekankan pentingnya menjaga kelestarian alam saat melakukan pendakian gunung.

Menurutnya bahwa tindakan seperti membuang sampah sembarangan, vandalisme, dan merusak alam merupakan perilaku yang merugikan dan tidak boleh dilakukan.

“Allah ciptakan alam tuh emang buat kita nikmati, kalau kita rusak ya buat apa kan? kita harus jaga alam, nanti alam juga bakal jaga kita dan itu yang memang untuk keberlangsungan kita juga saat ini,” pungkasnya mengakhiri talk show Journalist Camp 2023 - Innovation, People & Nature” hasil kolaborasi antara Eiger Adventure dan Pikiran Rakyat Media Network di Sari Ater, Subang, Jawa Barat pada 24-25 Agustus 2023.

Untuk diketahui, selain menghadirkan talk show dari beberapa materi, acara tersebut juga diisi dengan kegiatan fun games, rafting serta menyajikan hidangan kambing guling.***

Editor: Raabi Ghulamin Halim


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x