Kota Bandung Catat Lebih dari 1.700 Kasus DBD, Dinkes: Tertinggi di Jawa Barat

19 Juni 2020, 07:18 WIB
ILUSTRASI nyamuk demam berdarah, DBD.* //PEXELS/

PR BANDUNGRAYA - Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung, Rosye Arosdiani mengatakan Kota Bandung sedang mengalami endemis Demam Berdarah Dengue (DBD).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), endemis adalah kondisi dimana secara tetap terdapat penyakit di tempat-tempat atau di kalangan orang-orang tertentu dan terbatas pada mereka saja.

Rosye menuturkan, sejak Januari hingga Mei 2020, terdapat 1.748 kasus demam berdarah. Dari jumlah tersebut, 9 diantaranya meninggal dunia.

Baca Juga: Salah Paham Dikira Pasien Covid-19 Tanpa Gejala, Apa Itu OTG serta Perbedaanya dengan ODP dan PDP?

Angka tersebut berhasil menempatkan Kota Bandung sebagai wilayah dengan kasus DBD terbanyak di Jawa Barat.

Padahal, saat ini pandemi Covid-19 masih mengancam keselamatan dan kesehatan masyarakat, namun kritisnya kasus DBD juga harus lebih diperhatikan baik itu oleh masyarakat maupun pemerintah.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat juga mengakui Kota Bandung sebagai daerah dengan kasus DBD tertinggi di Jawa Barat.

Baca Juga: Khawatir Ada Penularan Covid-19, Pemuda Majalaya Inisiasi Gerakan Sehat Bersama di Pasar Tradisional

"Kita memang betul tinggi, tapi kalau dibanding dengan tahun lalu, di bulan yang sama sebetulnya belum mencapai ke angka yang sama di tahun lalu (menurun). Kalau Kota Bandung kan memang endemis, jadi sepanjang tahun memang tinggi," kata Rosye sebagaimana dilaporkan PRFM News.

Tahun lalu, kata Rosye, kasus DBD di Kota Bandung dari Januari hingga Mei mencapai 3.201 kasus, 11 diantaranya meninggal dunia.

Setiap tahun, angka kasus DBD di Kota Bandung memang tinggi, Penyebabnya, kata dia, bisa saja karena letak geografis Kota Bandung yang memiliki banyak cekungan.

Baca Juga: Terang-terangan 'Musuhi' Tiongkok, Donald Trump Ternyata Pernah Minta Bantuan Xi Jinping saat Pemilu

"Di luar itu kan, ada tempat yang memungkinkan menjadi perindukan dari nyamuk, yang pasti belum optimal, itu jadi bahan evaluasi kita semua," katanya.

Rosye mengaku, di tengah pandemi Covid-19 ini, pihaknya tetap melakukan upaya pencegahan dan penanganan maksimal untuk kasus DBD, seperti melakukan gerakan satu rumah satu jumantik dan fogging.

"Kalau misalnya untuk pemberantasan sarang nyamuknya, itu adalah strategi utama untuk DBD. Kita memang melakukan penanganan tehadap demam berdarah, jadi kita tidak hanya mengurus Covid-19, jadi tata laksana kita laksanakan seperti biasa," ucapnya.

Baca Juga: Lagi, Telur Infertil Tak Layak Konsumsi Ditemukan dalam Bansos Covid-19, Kali Ini Ada di Sumedang

Pelayanan di puskesmas dan rumah sakit pun, sambung Rosye, tetap berjalan seperti biasa baik saat ada pandemi Covid-19 maupun tidak.

"Petugas kesehatan tetap sama, saat pandemi atau di luar pandemi, teman-teman puskesmas tetap memberikan pelayanan terhadap semua kasus, termasuk di dalamnya DBD," katanya.*** (Tommy Riyadi)

Artikel ini tayang sebelumnya di prfmnews.pikiran-rakyat.com dengan judul Kasus DBD di Kota Bandung Jadi yang Tertinggi di Jawa Barat

Editor: Fitri Nursaniyah

Sumber: PRFM News

Tags

Terkini

Terpopuler