Network
PR BANDUNGRAYA – Beredar kabar sebuah video di sosial media perihal pencoretan yang dilakukan oleh oknum tak bertanggung jawab di Musala Darussalam Perumahan Elok, Gelam, Pasar Kemis, Tangerang, pada siang hari, Selasa, 29 September 2020.
Pelaku pencoretan (vandalisme) Musala akhirnya berhasil diringkus pada Selasa malam oleh Kapolresta Tangerang Kabupaten, kini pihaknya sedang melakukan interogasi terhadap pelaku terkait motif vandalisme yang dilakukan.
“Sebentar ya, saya sedang interogasi pelaku. Nanti ya, akan kami kabari, biar kita lakukan pemeriksaan terlebih dahulu,” ucap Kombes Pol Ade Ary Syam saat dimintai keterangan di lansir RRI.
Baca Juga: Merchant Baru ShopeePay Minggu ini Penuh dengan Fesyen dan Makanan Lezat
Video yang bereda di sosial media tersebut membuat geram warganet, banyak yang mengutuk aksi vandalisme yang dilakukan oknum tersebut.
Berbagai macam komentar terkait video viral tersebut, memunculkan berbagai macam reaksi, salah satunya dari sosial media Twitter pemilik akun bernama @rajawalimataram, ia berpendapat bahwa perang ideologi sedang berlangsung.
“Bukannya ingin memperkeruh suasana, namun jk ditutupi, suatu saat meledak juga. Hanya ingin menunjukan bahwa perang ideologi masih berlangsung. Kejadian, 29 Sept 2020 di Mushola Darussalam Perum Elok, Gelam, Pasar Kemis, Tangerang, setelah dhuhur sebelum ashar,” katanya.
Bukannya ingin memperkeruh suasana, namun jk ditutupi, suatu saat meledak juga. Hny ingin menunjukkan bhw perang ideologi masih berlangsung.
Kejadian 29 Sept 2020 di Mushola Darussalam Perum Elok, Gelam, Pasar Kemis, Tangerang, stlh dhuhur seblm ashar.#KhilafahAjaranIslam pic.twitter.com/S20iVcBLhn— ???????????????????????? ????????????????????' | ???????????????????????????????????????????? (@rajawalimataram) September 29, 2020
Baca Juga: Wisata Pemancingan Alam di Bawah Jembatan Pengasinan Tonjong Brebes
Lalu datang dari pemilik akun Twitter @NengAnyar15, menurutnya pelaku bukan satu orang tapi berkelompok dan ia meminta untuk diusut tuntas aksi vandalisme tersebut.
“Pelakunya pastinya bergerombol dan bukan orang gila. Kalau pelakunya masih disebut gila, maka yang disebut gila itu yang pelaku sesungguhnya,” ujarnya.
