3. Ngarak Beduk (Jakarta)
Tradisi yang satu ini memiliki banyak sebutan berbeda, bagi masyarakat di daerah Betawi Joglo, Palmerah, Rawabelong, Condet, Buncit hingga ke Tanggerang dikenal dengan nama Ngarak Beduk. Sedangkan untuk masyarakat daerah timur Jakarta seperti Bekasi menyebutnya dengan Beduk Sahur.
Tradisi Ngarak Beduk sudah ada sejak ratusan tahun lalu di Betawi, semenjak pengaruh budaya Tionghoa masuk tradisi tersebut dipadukan dengan petasan. Biasanya dalam tradisi tersebut dilakukan orang-orang dengan jumlah mencapai puluhan, namun sayang kini tradisi Ngarak Beduk di daerah Jakarta mulai luntur dan tidak diminati lagi.
4. Bagarakan Sahur (Kalimantan Selatan)
Tradisi Baragakan Sahur sebenarnya serupa dengan tradisi membangunkan sahur seperti daerah lainnya, peralatan pun serupa mulai dari babun, agung dan seruling.
Hanya saja untuk daerah Barabai, tradisi Baragakan Sahur ini menggunakan gerobak yang ditarik oleh seekor sapi sambil berkeliling kampung membangunkan sahur.
5. Dengo-Dengo (Sulawesi Tengah)
Tradisi membangunkan sahur yang terakhir berada di daerah Sulawesi Tengah, tepatnya Kota Bungku.
Tradisi Dengo-Dengo sudah hadir sejak awal masuknya Islam sekitar abad ke 17. Bentuk dari Dengo-Dengo sendiri bangunan yang menjulang setinggi hampir 15 meter terbuat dari batang bambu.
Saat menjelang sahur para penjaga Dengo-Dengo itu akan menabuh gong dan gendang serta rebana, sehingga warga akan terbangun dan bersiap makan sahur.***