Tradisi Ngalungsur Pusaka: Perayaan Maulid Nabi Unik Khas Kampung Godog, Garut

- 28 September 2023, 14:05 WIB
Tradisi Ngalungsur Pusaka: Perayaan Maulid Nabi Unik Khas Kampung Godog, Garut
Tradisi Ngalungsur Pusaka: Perayaan Maulid Nabi Unik Khas Kampung Godog, Garut /freepik.com

BANDUNGRAYA.ID - Indonesia yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam, selalu memperingati Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhamad SAW dengan berbagai cara yang tidak lepas dari akulturasi tradisi leluhur sebelumnya. Salah satu tradisi tersebut yaitu Tradisi Ngalungsur Pusaka. 

Tradisi Ngalungsur Pusaka
 
 Dilansir dari laman Warisan Kemendikbud, Tradisi Ngalungsur Pusaka berkaitan dengan sejarah penyebaran agama Islam di desa Dangiang yang dipelopori oleh Haji Imam Safei bersama para pengikutnya. 
 
Meskipun demikian, mereka juga masih memegang teguh tradisi dari nenek moyang (leluhur) terdahulu. Hal itu tampak dari banyaknya penduduk setempat yang masih melakukan ritual ziarah ke tempat-tempat keramat. 
 
Kegiatan 
Selain itu mereka juga melakukan berbagai kegiatan upacara adat diantaranya sedekah bumi, tawasulan, dan mapag Sri. Salah satu upacara adat yang masih dilakukan oleh masyarakat Dangiang adalah upacara siraman dan Ngalungsur Pusaka atau Ngalungsur Geni.
 
Upacara Ngalungsur Pusaka dipimpin oleh juru kunci yang tergabung dalam ikatan juru kunci makam keramat Godog. Tujuan dilaksanakannya upacara tersebut adalah untuk menjaga peninggalan Sunan Rohmat Suci dan mengenalkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya kepada keturunan juru kunci dan masyarakat.
 
Pelaksanaan
Tradisi Ngalungsur Pusaka ini merupakan tradisi yang sudah turun temurun dilakukan tiap setahun sekali pada bulan Maulud atau Rabiul Awal, tepatnya tanggal 14 Maulud. Upacara ini bertujuan sebagai ungkapan rasa syukur pada Tuhan Yang Maha Esa dan penghormatan pada leluhur serta tinggalannya yang berupa benda-benda pusaka.
 
Tradisi Ngalungsur Geni atau Ngalungsur Pusaka memiliki makna mendalam, ngalungsur berarti mewariskan atau meneruskan sedangkan Geni adalah salah satu nama benda pusaka meriam bernama Guntur Geni. Guntur geni merupakan senjata peninggalan dari Eyang Gusti Batara Turus Bawa, yakni salah satu pendiri Desa Dangiang. 
 
Benda-benda pusaka tersebut disimpan di dalam sebuah peti khusus berukuran kurang lebih 1 x 2 meter, yang diletakkan di rumah Joglo yang merupakan rumah khusus tempat penyimpanan benda pusaka. 
 
Ngalungsur Pusaka kemudian diartikan sebagai kegiatan upacara menurunkan atau mengeluarkan benda-benda pusaka peninggalan leluhur yang disimpan di rumah Joglo maupun yang disimpan oleh perorangan di rumah-rumah warga, untuk kemudian dicuci atau dimandikan di setiap bulan Maulud.
 
Tahapan Ngalungsur Pusaka
Ada lima tahapan dalam upacara Ngalungsur Pusaka yaitu ngalirap, membuka sejarah desa, ziarah kubur, mencuci benda-benda pusaka, dan doa bersama. Ngalirap adalah kegiatan gotong royong untuk membuat pagar baru di sekitar rumah joglo kemudian membersihkan jalan, masjid, dan makam. 
 
Kegiatan ini dilakukan dari pagi hingga sore hari. Malam harinya, dilaksanakan acara menceritakan sejarah desa yang dipimpin oleh kuncen di Joglo hingga dini hari. Usai menceritakan sejarah desa, dilanjutkan dengan ziarah kubur ke makam leluhur Eyang Batara Turus Bawa.
 
Pagi hari, peziarah berangkat ke makam leluhur. Sekitar pukul 11.00 WIB peserta kembali ke rumah Joglo untuk melaksanakan upacara mencuci benda pusaka yang dilakukan di Sungai Cidangiang dan berjarak lebih kurang 300 meter dari Joglo. Banyak masyarakat yang datang ke sungai Cidangiang untuk mengambil air bekas cucian benda pusaka yang diyakini bisa mendatangkan keberkahan, keselamatan, dan rejeki.
 
Setelah benda-benda pusaka dicuci, dilakukan pembersihan dan disimpan kembali ke ruangan khusus di Joglo. Terakhir, adalah doa dan makan bersama. Upacara ini berlangsung selama 1 jam, diikuti semua warga yang berasal dari 2 desa. Sebanyak kurang lebih 300 tumpeng yang dibuat oleh ibu-ibu sebagai hantaran tuang untuk dimakan bersama keluarga.
 
Upacara tradisional pada umumnya dilakukan dengan tujuan untuk menghormati, mensyukuri, memuja dan minta keselamatan pada leluhur (karuhun) dan Tuhannya. Demikian pula dengan upacara Siraman dan Ngalungsur Pusaka atau Ngalungsur Geni yang dilakukan masyarakat Desa Dangiang, bertujuan sebagai ungkapan rasa syukur pada Tuhan YME dan penghormatan pada leluhur serta tinggalannya berupa benda-benda pusaka.
 
Benda-benda pusaka peninggalan leluhur ini diyakini sebagai benda keramat yang berjasa dalam merebut kemerdekaan RI dari tangan penjajah. Benda-benda pusaka ini pun dicuci dan dibersihkan tiap tahun sekali pada tanggal 14 bulan Maulud atau Rabiul Awal. Air bekas cucian ini diyakini masyarakat setempat dapat memberi berkah keselamatan, kesehatan, dan keberhasilan. Upacara ini juga sebagai penghormatan kepada para leluhur yang dianggap sebagai cikal bakal pendiri Desa Dangiang.***

 

Editor: Resa Mutoharoh


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x