Kecewa Tak Berkesudahan Membeli Rumah di Puri Indah Ciwidey

Saya membeli satu unit rumah di Perumahan Puri Indah Ciwidey pada pertengahan 2020. Saat itu rumah masih tahap pembangunan (indent). Sampai tahap akad kredit semuanya berjalan lancar dan komunikasi dengan pihak developer terjalin dengan baik.

Diawal dijanjikan bahwa air menggunakan PDAM sehingga kami tertarik membeli. Setelah rumah ditempati pada Agustus 2020, ternyata pengajuan pemasangan air masih dalam proses waiting list karena debit air PDAM di wilayah tersebut belum mencukupi. 

Perumahan ini melakukan pembangunan beberapa tahap. Rumah-rumah yang dibangun tahap pertama (sering kami sebut Puri 1) sudah mendapatkan akses air PDAM. Sedangkan rumah yang saya beli dibangun di tahap 2 (Puri 2).

Maka dari itu, diawal rumah ini saya tempati, dinyatakan bahwa air berasal dari Marketing Office yang dialirkan ke rumah-rumah di Puri 2. Marketing Office tersebut memang lokasinya dekat dengan Puri 2 dan memang sudah dapat akses PDAM.

Awalnya warga Puri 2 membayar air ke developer dengan tarif sama rata yaitu Rp 75.000/rumah/bulan. Lama-lama, pihak developer menyatakan bahwa tagihan air dan listrik ke kantor mereka sangat besar. Padahal jika dibandingkan dengan volume air yang dipakai warga, warga pun sudah membayar diatas tarif PDAM pada umumnya.

Akhirnya, pihak developer membuat sumur artesis namun airnya sama sekali tidak diolah. Ditambah perumahan ini terletak di dekat sawah sehingga air yang mengalir ke rumah warga Puri 2 lebih kotor dan lebih bau.

Sudah ada warga yang membelikan bahan filter air dengan sukarela, namun sampai hari ini tidak diproses oleh pihak developer dengan alasan "tidak ada biaya untuk beli paralon".

Mulanya, tarif harga air artesis yang kotor dan bau tersebut yaitu Rp 7.500/kubik dengan abodemen Rp 50.000. Setelah diprotes warga, harganya turun menjadi Rp 5.000/kubik dengan abodemen Rp 30.000. Silakan Bapak/Ibu pembaca bandingkan dengan harga PDAM yang airnya jernih dan tidak berbau.

Beberapa warga sudah mencoba datang langsung ke Kantor PDAM Tirta Raharja dengan harapan dapat mendapat akses air PDAM walau harus mengeluarkan biaya pribadi lagi, tapi sampai surat ini dikirimkan (13 Januari 2022) alasannya masih sama dengan 2 tahun lalu: debit air belum mencukupi.

Padahal sudah berjalan beberapa kali, air PDAM dari Marketing Office yang dialirkan ke Puri 2 dan terbukti debit air cukup. Mudah-mudahan tidak ada rencana tersembunyi antara pihak developer dan pihak PDAM Tirta Raharja untuk menyulitkan warga mendapatkan akses air bersih.

Selain itu, terdapat sejumlah kekecewaan lain diantaranya sebagai berikut:

1. Diawal pindah, Marketing Office yang terletak di depan rumah saya, kerap melakukan aktivitas bising yang tidak sepantasnya dilakukan di sebuah kantor, yaitu karaoke dengan volume suara yang sangat kencang baik di jam kerja atau di luar jam kerja.

Beberapa kali komplain, pernah seorang pegawai marketing ke rumah saya untuk izin karena mereka akan berkaraoke tapi dia berbicara kepada saya sudah dalam keadaan mabuk.

2. Jalan di Puri 2 sangat jelek (banyak batu dan rumput liar) padahal dulu dijanjikan akan di-paving block setelah semua rumah di Puri 2 laku terjual. Sudah hampir setahun semua rumah di Puri 2 laku terjual, tapi belum ada progress atau minimal itikad baik perihal jalan.

3. Tidak ada satu pun lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) di Puri 2.

4. Mesjid belum dibangun dan tersiar kabar bahwa pihak developer tidak akan membiayai penuh pembangunan mesjid tersebut. Kabarnya, sisa biaya pembangunan mesjid akan dibebankan kepada warga.

Demikian surat pembaca ini saya buat, untuk jadi bahan pelajaran bagi pembaca yang sedang mencari rumah di Kec. Pasirjambu Kab. Bandung. Karena ternyata sangat ada pihak developer yang pelayanannya turun drastis setelah kita membeli rumahnya.

Untuk pihak developer, saya tunggu itikad baiknya untuk memenuhi semua spesifikasi rumah yang dipasarkan/dijanjikan selama ini. Terima kasih.

Terpopuler

Kabar Daerah

x