Mulai Besok Fenomena Hari Tanpa Bayangan Sambangi Indonesia, Catat Jadwal dan Lokasinya

6 September 2020, 11:01 WIB
Ilustrasi hari tanpa bayangan. /PEXELS/Umberto Shaw

PR BANDUNGRAYA – Memasuki bulan September, hari tanpa bayangan kembali terjadi Indonesia, fenomena ini bukan pertama kalinya terjadi di Indonesia.

Saat fenomena ini terjadi, maka seolah-olah beberapa objek tidak memiliki bayangan seperti biasanya.

Namun, kejadian seperti itu akan berlangsung di waktu tertentu dengan melihat posisi Matahari.

Fenomena ini juga disebut Kulminasi Matahari yang biasa terjadi dua kali dalam setahun di kota-kota tertentu.

Baca Juga: Kim Sae Ron Tunjukkan Keterampilan Memasak dan Kesehariannya di Episode Terbaru On and Off di TVN

Dikutip dari akun Instagram Lapan oleh Pikiranrakyat-bandungraya.com, hari tanpa bayangan terjadi dua kali setahun untuk kota-kota yang terletak di antara Garis Balik Utara (Tropic of Cancer; 23,4 derajat Lintang Utara) dan Garis Balik Selatan (Tropic of Capricorn; 23,4 derajat Lintang Selatan).

Sementara untuk kota-kota yang terletak tepat di Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan akan mengalami hari tanpa bayangan hanya sekali dalam setahun yakni ketika Solstis Juni (21/22 Juni) maupun Solstis Desember (21/22 Desember).

Indonesia sendiri secara geografis terbentang dari 6 derajat Lintang Utara hingga 11 derajat Lintang Selatan dan membelah garis khatulistiwa.

Dengan letak geografis seperti ini, Matahari akan berada di atas Indonesia ketika tengah hari pada bulan September-Oktober.

Baca Juga: BTS dan TXT Ungkap 5 Aturan yang Wajib Dipatuhi Trainee di Agensi Big Hit Entertainment

Ketika matahari berada di atas Indonesia, tidak ada bayangan yang terbentuk oleh benda tegak dan tidak berongga, sehingga fenomena tersebut dikenal sebagai Hari Tanpa Bayangan.

Hari tanpa bayangan ini akan terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Untuk jadwal lengkapnya Anda bisa melihat di akun instagram Lapan @lapan_ri.

 Saat fenomena hari tanpa bayangan ini terjadi, muncul mitos yang menyebutkan bahwa sebuah telur dapat berdiri tegak.

Hal tersebut dibantah Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin.

“Secara ilmiah tidak ada dasarnya (antara telur berdiri dengan vernal equinox). Telur terlalu kecil untuk merespon gravitasi matahari," kata Thomas.

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Ganjil Genap di Jakarta Kembali Ditiadakan hingga Masa PSBB Berakhir?

Ada beberapa faktor yang lebih akurat menjadi alasan telur dapat berdiri tegak, alih-alih karena hari tanpa bayangan.

Menurut Thomas telur dapat berdiri tegak dapat dipengaruhi kondisi permukaan tempat meletakkan telur.

"Kalau menegakkan telur di permukaan yang licin, tidak mungkin berhasil," katanya.***

Editor: Bayu Nurullah

Sumber: Instagram @bpptkg

Tags

Terkini

Terpopuler