Bertahan dari Pandemi Covid-19, Pengusaha Batik Gencar Lakukan Digitalisasi

2 Oktober 2020, 19:39 WIB
Perajin batik menekan canting cap pada kain di Imah Batik Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. /Istimewa

PR BANDUNGRAYA – Pandemi Covid-19 telah menyebabkan ekonomi Indonesia terpuruk, termasuk sektor tekstil dan garmen.

Dikutip Pikiranrakyat-bandungraya.com dari Antara, pengusaha batik mencoba berbagai cara untuk tetap bertahan, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi selama pandemi Covid-19.

"Sekarang memaksa kami para pelaku untuk beralih ke digital," ujar Dr. H. Komarudin Kudiya, Ketua Asosiasi Pengusaha dan Perajin Batik Indonesia, pada Kamis, 1 Oktober 2020.

Baca Juga: Update Persebaran Covid-19 Karawang Hari Ini 2 Oktober 2020: Kabar Baik 14 Pasien Dinyatakan Sembuh

“Kami terus menjalin komunikasi, bahkan kerja sama dan membuat webinar setiap Minggu tentang batik dan donasi untuk perajin batik lokal," tutur dia.

Komarudin menyebutkan bahwa perajin batik rumahan di Cirebon, Jawa Barat, hingga Pekalongan, Jawa Tengah, terpaksa gulung tikar karena tidak adanya permintaan.

Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi industri yang paling terdampak, setelah dilaporkan penjualan menurun drastis hingga 30 persen.

Baca Juga: Pemkot Butuh Dana Rp65 Miliar Untuk Biaya Pemeliharaan Taman-taman di Kota Bandung

Pada April lalu, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyatakan terjadi pengurangan 2,1 juta pekerja di industri tekstil dan produk tekstil (TPT).

Oleh karena itu, pemanfaatan teknologi diharapkan dapat membantu para pengusaha batik di sektor UMKM, salah satunya dengan melakukan digitalisasi bersama Google.

Google Arts and Culture merupakan proyek kerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Museum Tekstil Jakarta (MTJ), Yayasan Batik Indonesia (YBI), dan Kok Bisa.

Baca Juga: Yoo Jimin, Wanita yang Dirumorkan Sebagai Trainee SM Diduga Ejek BTS, EXO dan NCT

Melalui proyek ini, Google berkomitmen untuk mendukung pemulihan ekonomi Indonesia.

"Ada pula kerja sama dengan Google Arts and Culture untuk memasukkan batik ke dalam lamannya,” ujar Komarudin.

Google Arts and Culture menampilkan lebih dari 900 koleksi batik, dengan 45 di antaranya merupakan pola batik baru.

Baca Juga: Akui Telah Kenal Lama, Jungwoo NCT Kenang Masa Pelatihan dengan Member Baru NCT 2020 Sungchan

Selain itu, Google mengadakan pelatihan lokakarya Gapura Digital untuk pelaku UMKM di sektor batik, yang diikuti lebih dari 50 pakar batik di Indonesia.

“Dengan ditampilkan ke Google, kita sudah declare ke seluruh dunia kalau ini adalah batik Indonesia," kata dia.

Proyek ini diharapkan tidak hanya mengenalkan batik sebagai bagian dari budaya Indonesia, tetapi turut mendukung pemulihan ekonomi Indonesia.***

Editor: Fitri Nursaniyah

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler