Kepala Lapan Sebut 'Kiamat' Terjadi jika Satelit di Antariksa Terganggu Akibat Badai Matahari

7 Oktober 2020, 14:19 WIB
Ilustrasi satelit. /PIXABAY

PR BANDUNGRAYA - Di masa Revolusi Industri 4.0 seperti saat ini, 'kiamat' bisa terjadi ketika satelit di antariksa terganggu.

Namun, kiamat yang dimaksud bukanlah kehancuran alam semesta, tetapi saat manusia tidak bisa lagi menggunakan satelit akibat adanya fenoma alam di antariksa, sehingga dapat menimbulkan gangguan besar bagi kehidupan manusia.

Sejak satelit Sputnik 1 diluncurkan oleh Rusia pada tahun 1957, teknologi satelit semakin berkembang dan berubah menjadi kebutuhan.

Dilansir Prbandungraya.pikiran-rakyat.com dari Antara, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin mengatakan bahwa pada tahun 2012, masyarakat pernah dihebohkan dengan kabar datangnya kiamat.

Akan tetapi, kejadian yang sebenarnya adalah badai matahari yang mengancam operasi satelit di antariksa.

Baca Juga: YG Entertainment Akan Hapus Adegan Jennie dalam MV Lovesick Girls yang Pakai Baju Perawat

Hal tersebut disampaikannya dalam webinar bertajuk 'Festival Sains Antariksa 2020: Satellite for Better Life' yang digelar secara online pada Rabu, 7 Oktober 2020.

Teknologi satelit terus berkembang dan beralih fungsi menjadi kebutuhan yang krusial.

Pasalnya teknologi satelit merupakan tulang punggung informasi dan komunikasi yang berperan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat modern.

"Bayangkan jika satelit terhantam badai matahari dan rusak, ada yang mati dan tidak bisa berfungsi lagi, dan justru mengganggu satelit lain yang masih berfungsi," ujarnya.

Lebih lanjut, Thomas memaparkan bahwa apabila satelit Telkom-1 milik PT Telkom Indonesia terganggu, maka operasional bank juga akan terganggu, sehingga masyarakat tidak dapat melakukan transaksi menggunakan ATM.

Baca Juga: B.I Resmi Jadi Direktur Eksekutif IOK Company, Teryata Ini Kecurigaan Netizen

"BRI satu-satunya yang punya satelit sendiri, dan kita paham perbankan salah satu sektor perekonomian yang banyak didukung teknologi satelit," tutur Thomas.

Sesudah Amerika Serikat dan Kanada, Indonesia menjadi negara ke-3 yang memanfaatkan satelit komunikasi dengan meluncurkan satelit Palapa pada tahun 1975.

Sejak saat itu, masyarakat semakin terbiasa dengan penggunaan satelit untuk komunikasi sehari-hari.

Kemudian penggunaan satelit semakin berkembang ke bidang penyiaran, kemudian semakin meluas untuk internet.

Di samping itu, Indonesia menggunakan satelit untuk memantau Bumi, cuaca, sumber daya alam, dan lingkungan.

Baca Juga: V BTS Mendadak Trending Pamer Foto dengan Harga Setelan Rp70 Juta, ARMY: Daftar 7 Keajaiban Dunia

Thomas juga menyebutkan bahwa tahun 2020 adalah tahun yang istimewa.

Pasalnya pandemi Covid-19 memaksa masyarakat untuk lebih memahami teknologi, sehingga mempercepat transisi menuju kehidupan Revolusi Industri 4.0.

Pandemi Covid-19 membuat berbagai kegiatan harus dilakukan dari jarak jauh, meliputi kegiatan jual beli, pembelajaran, rapat, seminar, hingga konferensi.

"Sekarang siswa juga dipaksa untuk melakukan pembelajaran jarak jauh. Tentu masing-masing kita harus belajar terkait perkembangan baru ini," kata Thomas.***

Editor: Bayu Nurullah

Sumber: Antara News

Tags

Terkini

Terpopuler