Adakah Standar Bahagia? Begini Penjelasan Dedy Vansophi

- 14 Desember 2022, 14:02 WIB
Ikut Terpukul Atas Hilangnya Anak Ridwan Kamil, M Dedy Vansophi : Kami Seperti Digedor, Diberi Peringatan Keras
Ikut Terpukul Atas Hilangnya Anak Ridwan Kamil, M Dedy Vansophi : Kami Seperti Digedor, Diberi Peringatan Keras /Instagram @vansophi

BANDUNGRAYA.ID- Kali ini podcast kanal YouTube Fellexandro Ruby mengundang Dedy Vansophi yang menyebut dirinya sutradara keliling dan penulis buku Rumah Tepi Kali.

Ada sebuah tulisan yang menyentuh hati Ruby. Bunyinya seperti ini, 'Eksistensi orangtua kita bukan menerima kasih sayang tapi memberi kasih sayang. Ketika tidak ada ruang-ruang lagi untuk memberikan kasih sayang, berarti kita menghilangkan eksistensi orangtua kita kan?'.

Kata-kata di atas mengungkapkan sebuah kisah saat ada seorang anak yang tidak mau merepotkan orangtuanya lagi makanya saat mau menikah, dia ingin mengurus sendiri pernikahannya.

Baca Juga: Cek Fakta Seputar Resesi 2023, Apa saja yang Harus di Persiapkan?

Namun ternyata orangtuanya sedih saat tidak dilibatkan akhirnya dia memutuskan melibatkan orangtua dalam rencana pernikahannya. Cerita ini yang menjadi inspirasi dari kutipan di atas.

Sederhana memiliki 2 jenis :

- Pra sederhana

  Tidak memiliki apapun tapi hatinya bahagia

- Sederhana

  Apa yang kita miliki membuat hati bahagia

Level bahagia ada 2 tingkat :

- Bahagia jika memiliki apa yang orang lain miliki

  Contoh : jika orang memiliki smartphone jenis tertentu, kita juga bisa memiliki smartphone dengan jenis yang sama

- Bahagia jika memiliki sesuatu apa yang orang lain tidak miliki

Kemudian masih ada kisah tentang seorang lansia yang membeli sajadah kemudian yang sama setiap hari dan uangnya selalu dikembalikan pemilik kios.

Ternyata lansia tersebut adalah guru si pemilik kios yang menderita demensia. Sementara pemilik kios adalah murid terbodoh akan tetapi gurunya telaten saat mengajar dirinya. Cerita ini mengajarkan kita tentang kesabaran dan balas budi.

Balasan kebaikan di masa lalu terkadang tidak kita rasakan sekarang tetapi akan terasa mungkin beberapa tahun mendatang. Saat penulis ini hendak menyelesaikan tugas akhir untuk jurusan desain grafis. Dia tidak memiliki komputer sebagai modal untuk tugas akhirnya.

Baca Juga: Cek Fakta Seputar Resesi 2023, Apa saja yang Harus di Persiapkan?

Namun suatu saat temannya hendak membeli komputer dan mengajaknya. Akhirnya komputer tersebut terbeli.Namun saat temannya pindah kos komputer itu dititipan kepada Dedy agar bisa menyelesaikan tugas akhirnya.

Dia kemudian teringat akan kebaikan bapaknya di masa lalu. Bapaknya dulu adalah satu-satunya orang di kampung yang mempunyai mesin ketik. Banyak orang yang meminjam mesin ketik bapaknya baik sekedar melamar kerja atau tugas sekolah.

Dedy mengingat kembali apa kebaikan bapaknya terdahulu yang mengantarnya mendapat kemudahan untuk akhirnya bisa menyelesaikan tugas akhirnya.

Penulis buku Rumah Tepi Kali ini juga menegaskan bahwa ada perbedaan antara orang dulu dan orang sekarang.

Orang dulu menganggap berbuat baik adalah sebuah kenormalan sedangkan orang sekarang menganggap berbuat baik adalah hal yang sangat spesial sekarang ini.

Dia juga bercerita awal mula keputusannya membuat akun Instagram. Hal ini gara-gara dia tidak dekat dengan putrinya. Anaknya selalu sibuk dengan telpon genggamnya mengecek sosial medianya.

Akhirnya Dedy memutuskan membuat akun Instagram agar lebih dekat dengan putrinya. Akhirnya itu merupakan keputusan tepat.Putrinya sekarang lebih dekat dengan dirinya melalui perantara media sosial.

'kalau mau bahagia SOP jangan banyak-banyak, cukup SOP yang kita sanggup lakukan tidak perlu memasukkan komentar dan penilaian orang lain dalam KPI-nya kebahagiaan kita,' Pungkasnya.***

Editor: Raabi Ghulamin Halim

Sumber: YouTube Fellexandro Ruby


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah