PR BANDUNGRAYA – Presiden Palestina, Mahmoud Abbas mengumumkan pemilihan presiden pertama dalam 15 tahun yang akan diadakan pada 31 Juli 2021 mendatang.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas telah mengumumkan pemilihan parlemen dan presiden untuk pertama kalinya dalam 15 tahun.
Pemilihan presiden akan diadakan dengan tujuan menyembuhkan perpecahan internal jangka panjang.
Baca Juga: 3 Jasad Perempuan Ditemukan di Longsor Ciamanggung Sumedang, Minggu Siang: Total 32 Meninggal
Pada hari Jumat, Keputusan yang dibuat oleh kantor Abbas Otoritas Palestina (PA), yang memiliki pemerintahan yang terbatas di Tepi Barat yang diduduki Israel, akan mengadakan pemilihan legislatif pada 22 Mei dan mengadakan pemungutan suara presiden pada 31 Juli.
Pemungutan suara terakhir Palestina pada tahun 2006 yang menghasilkan kemenangan mengejutkan oleh Hamas.
Hal tersebut memperlebar keretakan politik internal yang menyebabkan perebutan Jalur Gaza oleh kelompok tersebut pada tahun 2007, hingga menyebabkan pada penundaan yang lama.
Baca Juga: Rizal Ramli Kabarkan Satu Kabinet Mundurkan Diri Gara-gara Salah Urus Bansos, Kejadianya di Belanda
Gaza telah di bawah blokade Israel sejak 2007, ketika gerakan Hamas mulai mengambil alih wilayah tersebut.
Mengacu pada Tepi Barat yang diduduki, serta Jalur Gaza dan Yerusalem Timur yang juga diduduki, dekrit mengatakan, "Presiden mengarahkan komite pemilihan dan semua aparat negara untuk meluncurkan proses pemilihan demokratis di semua kota di tanah air."
Abbas mengharapkan pemungutan suara dilakukan di semua gubernur Palestina, termasuk Yerusalem Timur, yang telah dianeksasi oleh Israel setelah perang tahun 1967, namun dianggap wilayah pendudukan.
Baca Juga: Kota Manado Diterjang Banjir Serta Longsor: Berikut Daftar 9 Kecamatan yang Ikut Terdampak
Israel melarang semua aktivitas PA di Yerusalem Timur, serta tidak ada indikasi bahwa itu akan memungkinkan pemungutan suara Palestina di dalam Yerusalem, yang dianggapnya sebagai 'ibu kota yang terbagi'.
Hamas pun menyambut baik pengumuman itu dalam sebuah pernyataan. Dia berkata, "Kami telah bekerja untuk menyelesaikan semua dalam beberapa bulan terakhir hingga mencapai hari ini."
Pemilihan ini akan menimbulkan risiko besar bagi Partai Fatah Abbas dan juga Hamas. Hal tersebut karena dalam beberapa tahun terakhir, keduanya menghadapi protes atas ketidakmampuan mereka untuk berdamai satu sama lain.
Fatah dan Hamas secara terbuka menyerukan pemilihan umum selama lebih dari satu dekade.
Namun, mereka belum dapat memperbaiki keretakan mereka atau menyetujui proses untuk menahan mereka.
Setelah pemungutan suara tahun 2006, bentrokan antara Fatah dan Hamas bahkan lebih sengit, yang berpuncak pada tahun 2007 ketika Hamas mengambil alih Jalur Gaza. Ia masih berkuasa meski ada blokade Israel-Mesir dan tiga perang dengan Israel.***