Sebabkan Negara Alami Krisis 'Resesi Seks', Ada Apa dengan Warga Korea Selatan, Jepang dan China?

28 November 2022, 15:08 WIB
Sebabkan Negara Alami Krisis 'Resesi Seks', Ada Apa dengan Warga Korea Selatan, Jepang dan China? /AFP/Anthony Wallace

BANDUNGRAYA.ID- Warga Korea Selatan dikabarkan memilih untuk tidak menikah, yang sudah menikah menolak untuk mempunyai anak atau childfree.

Anak Muda Korea Selatan lebih memilih untuk lebih fokus terhadap  dirinya sendiri ketimbang mengambil tanggung jawab dalam membesarkan anak.

Akibatnya Korea Selatan alami krisis penurunan populasi manusia atau 'resesi seks'.

Baca Juga: 5 Fakta Menarik Hyun Bin: Aktor Korea Selatan yang Hampir Jadi Anak Band!

Berdasarkan data pemerintah yang dikutip dari laman resmi AP News, Korea Selatan mencatat kesuburan hanya di angka 0,81 persen pada tahun 2021 jauh dari angka kesuburan untuk menjaga populasi yaitu 2,1 persen.

Tidak ada angka resmi berapa banyak warga Korea Selatan yang memilih untuk tidak menikah atau dan memilih untuk tidak memiliki anak.

Namun catatan dari badan stastik nasional menunjukan terdapat sekitar 193 ribu pernikahan di Korea Selatan pada tahun 2021, turun dari puncaknya 430 ribu pada tahun 1996.

Dari data tersebut diketahui angka yang menunjukan sekitar 260.600 bayi terlahir di tahun 2021 dari puncaknya pada tahun 1971 dengan angka satu juta kelahiran.

Penurunan populasi manusia ini timbulkan masalah Demografi dimana penduduk akan terus semakin berkurang.

Dengan persentase kesuburan tersebut, Korea Selatan  menajdi negara dengan krisis Demografi terburuk di Dunia.

Namun ternyata 'resesi seks' tidak hanya dialami Korea Selatan saja, Jepang dan China pun alami krisis yang sama.

Angka kelahiran di Jepang alami penurunan yang akan menyebabkan perekonomian masa depan Jepang teranacam.

Baca Juga: Jadwal SIM Keliling Kabupaten Bandung 28 Hingga 30 November 2022, Persyaratan dan Harga Terbaru

Menurut data dari Institut Nasional Kependudukan dan Jaminan Sosial yang baru dirilis, penurunan itu terjadi karena ditemukan 17,3 persen pria dan 14,6 persen di Jepang memutuskan tidak berniat untuk melakukan pernikahan.

Melansir dari surat kabar Mainichi Shimbun, Profesor Sosiologi Universitas Chukyo,  Shigeki Matsuda mengatakan bahwa pemerintah Jepang telah bekerja untuk meningkatkan angka kelahiran dengan mencoba membantu mereka yang ingin menikah atau memiliki anak untuk memenuhi aspirasi mereka.

Hal yang sama terjadi di China. Negeri tirai bambu itu pun alami 'resesi seks' yang diakibatkan oleh turunnya angka kelahiran.

Melansir dari lama resmi media China, Global Times, Pemerintah China umumkan tingkat kelahiran pada tahun 2020 tercatat 8,52 per seribu orang. Selain itu, badan resmi pemerintah itu mencatat bahwa tingkat pertumbuhan alami populasi menyumbang 1,45 per seribu, nilai terendah dalam 43 tahun.

Pada Oktober 2022 Liga Pemuda Komunis China mempublikasikan 50 persen wanita muda yang tinggal diperkotaan enggan menikah.

Alasan warga Wanita China tidak ingin menikah dikarenakan tidak punya waktu dan energi untuk menikah hingga biaya pernikahan yang mahal, serta tidak ingin terbebani ekonomi saat memiliki anak menjadi faktor untuk tidak melakukan pernikahan.

Sebagai informasi, China memang dikenal dengan budaya bekerja 9-9-6. Budaya bekerja dimana warga bekerja mulai dari  9 pagi sampai 9 malam, 6 hari seminggu.

Angka pertumbuhan populasi di negara penguasa ekonomi nomor dua dunia itu menurun drastis, bahkan diprediksi akan terus semakin menurun  dari 2021. Hal tersebut membuat Demografi China memburuk.***

Editor: Raabi Ghulamin Halim

Tags

Terkini

Terpopuler