Kebakaran Kilang Minyak Balongan Diduga Akibat Tersambar Petir, Begini Hasil Analisis BMKG

30 Maret 2021, 13:07 WIB
Kebakaran kilang minyak milik PT Pertamina di Balongan, Indramayu diduga akibat tersambar petir. BMKG ungkap hasil analisisnya. /ANTARA/Dedhez Anggara

PR BANDUNGRAYA - Kebakaran kilang minyak milik PT Pertamina (Persero) di Balongan, Indramayu terjadi pada Senin dini hari, 29 Maret 2021.

Sebelumnya beredar dugaan sementara penyebab kebakaran kilang minyak Balongan milik Pertamina ini yakni akibat tersambar petir.

Kendati demikian, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menekankan bahwa penyebab kebakaran tersebut ternyata bukan karena dipengaruhi sambaran petir.

Baca Juga: Makin Mudah, Mulai Bulan Depan Perpanjangan SIM A dan C Bisa Dilakukan dari Rumah, Begini Caranya

Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu, Rahmat Triyono mengungkapkan, alat monitoring BMKG tidak mendeteksi adanya aktivitas sambaran petir.

Hal tersebut berdasarkan data pada pukul 00.00 hingga pukul 02.00 WIB yang diperoleh alat monitoring 'lightning detector' milik BMKG yang berada di Jakarta dan Bandung.

“Bahwa tidak terdeteksi adanya aktivitas sambaran petir di wilayah kilang minyak Balongan, Indramayu," sambungnya.

Baca Juga: Ketahuan Berpacaran, Agensi Akan Berlakukan 3 Aturan Keras Kepada Para Trainee Idol K-pop

Ia mengatakan kebakaran di kilang minyak Balongan milik Pertamina di Indramayu sekitar pukul 00.45 WIB.

Dan telah ditindaklanjuti BMKG dengan melakukan analisis terhadap kejadian sambaran petir di sekitar lokasi kejadian.

Sebagaimana diberitakan PikiranRakyat-Bekasi.com dalam artikel "BMKG Tepis Isu Sambaran Petir jadi Penyebab Kebakaran Kilang Minyak Balongan Indramayu", BMKG melaksanakan monitoring aktivitas sambaran petir di seluruh wilayah Indonesia dengan menggunakan alat pendeteksi petir di 56 lokasi.

Baca Juga: Paling Suka Berkomentar, Suga BTS Anggap Cerita Casting Jin BTS Terlalu Berlebihan

"Monitoring dilakukan menggunakan alat 'lightning detector' dengan resolusi alat monitoring BMKG efektif pada radius 300 kilometer," ujarnya.

Alat monitoring ini terpasang di 11 stasiun BMKG dan di Pulau Jawa untuk memantau aktivitas petir dari Banten hingga Jawa Timur.

Berdasarkan hasil monitoring alat kelistrikan udara milik BMKG itu, didapatlah fakta mengenai kerapatan petir.

Baca Juga: Terbaru dari BTS, 11 Fakta Ini Terungkap, dari Uang Jajan hingga Paling Tampan

Yakni bahwa pada saat kejadian kebakaran sekitar pukul 00.00- 02.00 WIB, menunjukkan kerapatan petir berkumpul pada bagian barat kilang minyak Balongan.

Di mana, sejauh kurang lebih 77 kilometer, yakni di sekitar Subang dengan klasifikasi tingkat kerapatan petir sedang hingga tinggi.

Petir adalah kilatan listrik di udara yang disertai bunyi gemuruh karena bertemunya awan yang bermuatan listrik positif dan negatif.

Baca Juga: Nissa Sabyan Terekam Usap-usap Perut, Unggahan Mba Mijan Segera Punya Cucu Jadi Sorotan

Dirinya pun lebih lanjut mengatakan bahwa petir terdiri dari tiga jenis dan ada petir yang paling berbahaya.

"Petir mempunyai tiga tipe, yaitu dari awan ke awan, di dalam awan dan dari awan ke bumi. Petir yang paling berbahaya bagi kehidupan di bumi adalah dari awan ke bumi," tutur Rahmat Triyono.***(Edwin Gusani/Pikiran Rakyat Bekasi)

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: Pikiran Rakyat Bekasi

Tags

Terkini

Terpopuler