5 Pelajaran tentang Timnas Jepang Meski Kalah dari Kroasia di Piala Dunia, Nomor 4 Favorit Jose Mourinho

- 6 Desember 2022, 14:22 WIB
Timnas Jepang Ratapi Kekalahan atas Kroasia di Babak 16 Besar Piala Dunia 2022 Qatar
Timnas Jepang Ratapi Kekalahan atas Kroasia di Babak 16 Besar Piala Dunia 2022 Qatar /Sulis Setiowati/Tangkapan Layar Instagram Reel @fifaworldcup

BANDUNGRAYA.ID - Inilah artikel mengenai 5 pelajaran tentang timnas Jepang meski kalah dari Kroasia di Piala Dunia, nomor 4 favorit Jose Mourinho.

Pertandingan babak 16 besar Piala Dunia 2022 Qatar antara Jepang vs Kroasia telah diselenggarakan.

Pertandingan berlangsung pada Senin, 5 Desember 2022 pukul 22:00 WIB, di Al Janoub Stadium, Al Wakrah, Qatar.

Baca Juga: Negara Mana Saja yang Pernah Jadi Juara Piala Dunia sebelum Qatar 2022?

Hasil pertandingan tadi malam memperlihatkan bahwa satu per satu wakil Asia berguguran di lapangan Piala Dunia 2022 Qatar. Dimulai dengan tumbangnya timnas Jepang di kaki para penggawa Kroasia.

Jepang vs Kroasia menjadi laga penuh drama, memaksa kedua tim melakukan babak perpanjangan waktu selama dua kali 30 menit, bahkan adu penalti.

Sebenarnya Jepang bukan kalah tanpa perlawanan berarti bagi kubu Kroasia. Tim asuhan pelatih Hajime Moriyasu bahkan bermain cukup imbang.

Baca Juga: 5 Sejarah Piala Dunia sebelum Qatar 2022 yang Sulit Terulang Lagi, Sudah Tahu Belum?

Terbukti dengan persentase penguasaan bola yang hampir sama, 47% Jepang vs 53% Kroasia pada paruh babak pertama.

Bahkan Samurai Biru sempat memimpin dengan satu gol yang dicetak striker Daizen Maeda di menit ke-43.

Gol tersebut berawal dari tendangan sudut yang dilakukan gelandang Ritsu Doan yang telah mencetak dua gol pada babak penyisihan grup.

Baca Juga: TELADAN BANGET! Begini Cara Suporter Jepang Syukuri Kemenangan Timnas Lawan Jerman di Piala Dunia Qatar 2022

Memanfaatkan bola rebound akibat sundulan pemain bertahan Maya Yoshida yang meleset, dengan cepat Maeda menembak bola tersebut ke gawang Kroasia.

Sayang, tak berapa lama, striker Ivan Perisic membalas kekalahan timnya pada menit ke-55. Selanjutnya pertandingan berjalan sama kuat hingga paruh babak kedua berakhir. Skor seri 1-1 bagi Jepang dan Kroasia.

Pertandingan pun berlanjut ke babak tambahan waktu. Hingga dua kali 30 menit, tak satu pun gol tercipta dari kedua kubu. Hal ini memaksa Jepang dan Kroasia menjalani adu penalti.

Hasilnya sudah dapat ditebak, Jepang yang debut 16 besar di Piala Dunia kali ini tampaknya belum cukup tangguh mengatasi rasa gugup saat adu penalti.

Di sisi lain, Kroasia yang memang datang sebagai runner up Piala Dunia 2018 Rusia, memiliki cukup pengalaman menghadapi drama adu penalti karena seringnya mereka berada pada situasi serupa.

Pada akhirnya pengalaman lah yang mampu membuktikan kekuatan di saat yang paling menentukan. Kroasia mampu memaksa Jepang pulang kampung lebih awal lewat drama adu penalti dengan skor 3-1.

Meski kalah dari Kroasia, banyak hal yang bisa dipelajari dari kiprah timnas Jepang. Berikut lima pelajaran tentang timnas Jepang di turnamen Piala Dunia 2022 Qatar.

1. Tak ada yang tak mungkin dalam hidup ini

Sepanjang mau berusaha keras, konsisten, dan fokus, seseorang dapat meraih target hidup yang ingin dicapainya.

Jepang merupakan negara yang pada Piala Dunia 2022 Qatar menjadi salah satu wakil Asia yang mampu mencapai babak 16 besar.

Prestasi tersebut merupakan yang tertinggi yang dapat diraih tim-tim Asia sejauh ini. Dengan pembinaan yang baik dan fokus, sebuah negara bisa membentuk timnas yang sanggup berkompetisi di level dunia.

2. Mental baja bisa mengalahkan kekuatan yang hampir tak mungkin dilakukan sebelumnya

Mental anak-anak asuhan Hajime Moriyasu telah teruji pada turnamen Piala Dunia 2022 Qatar.

Pada babak penyisihan grup, Jepang yang semula tak diunggulkan, mampu mengimbangi bahkan mengungguli dua kekuatan, Jerman dan Spanyol.

Jepang bahkan mampu memulangkan tim sebesar Jerman lebih dulu. Jerman tak sanggup melewati babak penyisihan grup.

Hal ini terjadi bukan karena Jerman tak hebat, namun, selain karena dinilai kehilangan fokus, Jerman juga kalah akibat drama selisih gol di akhir penyisihan.

3. Bermain sepakbola efektif

Keunikan penampilan timnas Jepang dalam laga-laga yang telah dijalaninya adalah bahwa angka statistik menunjukkan penguasaan bola Jepang sebenarnya tidak tinggi dibanding lawannya, terutama timnas Jerman dan Spanyol.

Namun, yang terjadi justru Jepang mampu memanfaatkan momen di mana lawan lengah, tidak fokus, dan kurang hati-hati.

Seketika tim lawan lengah atau berbuat kesalahan, saat itulah Jepang akan memberi hukuman pada tim tersebut dengan balik menyerang dan mencetak gol.

Hal ini senada dengan pengakuan pelatih Kroasia, Zlatko Dalic. Ia mengamati bahwa ketika menghadapi Jepang, kuncinya adalah jangan lengah, melakukan kesalahan, atau kehilangan konsentrasi.

Hal-hal tersebut dapat membalikkan keadaan membuat posisi tim menjadi tidak aman seperti yang dialami Jerman dan Spanyol, bahkan berakhir dengan kekalahan.

Diketahui bahwa kedua tim raksasa tersebut sempat unggul dengan satu gol, namun situasi berbalik dengan dua gol balasan dari Jepang.

4. Kerjasama tim yang efektif

Pada sebuah kesempatan Jose Mourinho, salah satu pelatih terbaik klub-klub sepakbola besar Eropa, mengemukakan analisisnya tentang fenomena wakil-wakil Asia yang mampu tembus babak 16 besar meski dihadang lawan-lawan berat.

Berdasarkan pengalamannya melatih pemain asal Asia, ia melihat bahwa karakter sepakbola Asia sangat berbeda dengan Eropa. Pemain Eropa biasanya individualistis.

Sebaliknya, pemain Asia biasanya lebih mampu bermain sebagai tim dengan cara membangun kerjasama yang efektif.

Sepakbola memang permainan tim, bukan individu. Jadi, salah satu sumber kekuatan sebuah tim sepakbola adalah kerjasama.

Untuk lebih menstimulasi para penggawa sepakbola agar mau bermain lebih mengedepankan komunalisme daripada individualisme, apa yang dilakukan FIFA sebenarnya sudah cukup baik.

Dengan diperhitungkannya aspek assist atau tindakan seorang pemain memberi bantuan serangan kepada rekan setimnya agar dapat mencetak gol merupakan satu dari banyak hal yang bisa dilakukan untuk lebih dapat menghargai permainan sepakbola komunal ini.

Selain itu, penghargaan seperti Man of the Match atau Player of the Match diharapkan dapat memberi semangat agar para pemain dapat mengedepankan permainan sepakbola komunal.

Tentunya penghargaan ini akan efektif apabila kriteria pemberiannya tidak dilakukan sembarangan, hanya berdasarkan favorit penonton.

Terkadang, hanya karena seorang pemain mencetak gol, belum dapat dikatakan sepenuhnya sebagai Man of the Match. Perlu ditinjau lagi bagaimana gol tersebut tercipta.

5. Dukungan suporter di dalam dan luar lapangan

Jika diperhatikan, suporter timnas Jepang menjadi salah satu suporter yang terdengar cukup riuh ketika mendukung timnas kebanggaannya.

Sebuah ungkapan "dalam pertandingan sepakbola, penonton adalah pemain ke-12" tampaknya terbukti benar adanya.

Dalam tangkapan layar bahkan beberapa kali terlihat sebagian penggawa Jepang memberi isyarat meminta agar suporter Jepang bersuara lebih riuh lagi untuk membakar semangat pemain.

Tak hanya itu, peran suporter juga sangat efektif dalam menunjukkan citra timnas bahkan negara yang diwakilinya.

Beberapa waktu lalu sempat beredar video suporter Jepang tak langsung beranjak ketika pertandingan timnasnya telah usai.

Sebagian suporter Jepang melakukan aksi bersih-bersih di tribun sekitar di mana mereka berada.

Tindakan tersebut tak pelak sempat menimbulkan berbagai reaksi positif dari warganet.

Itulah lima pelajaran yang dapat diambil dari kiprah timnas Jepang selama turnamen Piala Dunia 2022 Qatar.

Meski langkah mereka harus terhenti di babak 16 besar, timnas Jepang telah membuktikan bahwa bangsa Asia mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Kiprah timnas Jepang bersama Korea Selatan tentu menjadi tolok ukur baru akan prestasi timnas Asia lainnya di masa mendatang.***

Editor: Raabi Ghulamin Halim


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x