Paling Banyak Dikonsumsi Orang, Obat Pereda Nyeri Ternyata Bisa Pengaruhi Perilaku Berisiko

11 September 2020, 15:06 WIB
Ilustrasi obat. /PIXABAY

PR BANDUNGRAYA – Obat pereda nyeri kepala merupakan salah satu obat yang paling umum dan banyak dikonsumsi di seluruh dunia.

Namun berdasarkan studi baru, telah menunjukkan bahwa obat ini tidak hanya sekedar menghilangkan sakit kepala namun memiliki efek samping lebih.

Dikutip Pikiranrakyat-bandungraya.com dari situs Science Alert pada Jumat, 11 September 2020, menurut studi baru yang mengukur perubahan perilaku ketika di bawah pengaruh obat, acetaminophen atau yang juga dikenal sebagai paracetamol dan dijual secara luas dengan nama merek Tylenol dan Panadol dapat meningkatkan pengambilan risiko.

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Timor Leste Ingin Kembali Bergabung dengan Indonesia?

Baldwin Way, seorang ahli saraf Ohio State University, menjelaskan bahwa acetaminophen selain mengurangi rasa sakit, ternyata dapat mempengaruhi proses psikologis seperti mengalami berkurangnya empati bahkan mengurangi fungsi kognitif.

Meskipun efeknya kecil, namun perlu diperhatikan bahwa asetaminofen merupakan bahan obat yang paling umum dan dapat ditemukan di lebih dari 600 jenis obat bebas dan resep.

Way dan timnya melakukan penelitian dengan melibatkan 500 lebih mahasiswa. Way mengukur dengan memberikan dosis 1,000 miligram acetaminophen (dosis maksimal pada orang dewasa) dan diberikan secara acak.

Dalam penelitian itu, peserta harus memompa balon di komputer dengan setiap pompa dapat menghasilkan uang.

Baca Juga: PSBB Total di Jakarta, Bandara Internasional Soekarno-Hatta Kembali Diperketat

Mereka diintruksikan untuk mendapatkan uang sebanyak mungkin dan memastikan balonnya tidak pecah. Jika balon tersebut pecah, mereka akan kehilangan uang tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang menggunakan acetaminophen cenderung lebih tidak berhati-hati dalam pengambilan risiko selama latihan, dibandingkan dengan kelompok lain yang lebih berhati-hati.

Secara keseluruhan, mereka yang menggunakan asetaminofen memompa lebih besar (dan meledakkan) balon mereka.

"Jika Anda menghindari risiko, Anda memompa beberapa kali dan kemudian memutuskan untuk menguangkan karena Anda tidak ingin balonnya meledak dan dapat menghilangkan uang Anda," ujar Way.

"Sementara, bagi mereka yang menggunakan asetaminofen, kecemasan mereka lebih sedikit tentang seberapa besar balon itu dan kemungkinan meledak," katanya.

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah RSD Wisma Atlet Sudah Penuh karena Pasien Covid-19 yang Membludak?

Tak hanya simulasi balon, peserta juga menjalani beberapa percobaan seperti bungee jumping dan mengemudi tanpa sabuk pengaman.

Secara keseluruhan, berdasarkan rata-rata percobaan, tim menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penggunaan acetaminophen dan memilih banyak risiko.

Para peneliti menemukan efek obat yang mengandung acetaminophen memengaruhi psikologis dalam pengambilan risiko dan dapat ditafsirkan seperti mengurangi kecemasan.

"Ketika kecemasan terlalu berlebih, biasanya mereka mengakhiri percobaan. asetaminofen dapat mengurangi kecemasan ini, sehingga hal ini mengarah pada pengambilan risiko yang lebih besar," kata Way.***

Editor: Bayu Nurullah

Sumber: Science Alert

Tags

Terkini

Terpopuler