Uniknya Perayaan Maulid Nabi di Berbagai Daerah, Orang Sunda Sebut Tradisi Marhaba’an

28 Oktober 2020, 18:10 WIB
Ilustrasi umat muslim berdoa. /PIXABAY/Mohamed Hassan

PR BANDUNGRAYA - Setiap tahunnya, umat muslim merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW atau yang disebut Maulid Nabi dengan berbagai cara, mulai dari membaca shalawat dan pujian, mengaji bersama, hingga syukuran dengan makan besar.

Tahun ini, perayaan Maulid Nabi jatuh pada rangkaian libur panjang 2020, yaitu tanggal 29 Oktober 2020.

Perayaan Maulid Nabi sudah menjadi tradisi di Indonesia. Adapun cara perayaannya berbeda-beda di berbagai daerah karena dipengaruhi oleh latar belakang sejarah di wilayah masing-masing.

Baca Juga: Pelatih Persib Prediksi Liga 1 Bergulir Awal Januari dengan Perubahan Format Pertandingan

Dilansir Prbandungraya.pikiran-rakyat.com dari jurnal penelitian berjudul BUDAYA dan AGAMA SEBAGAI IDENTITAS ISLAM NUSANTARA; Kajian atas Tradisi Marhaba’an/Maulid Nabi di Tanah Sunda dalam Jurnal Madania: Volume 5 : 2, 215 yang ditulis oleh Ridhoul Wahidi, ada sebutan lain bagi Maulid Nabi, yaitu Muludan atau Marhaba’an.

Khususnya di daerah Jawa Barat, perayaan Maulid Nabi sering disebut sebagai Muludan karena masyarakat Sunda mengenal bulan Rabiul Awal saat kelahiran Rasulullah sebagai bulan Mulud, atau Marhaba’an yang berasal dari bahasa Arab marhaban.

Di Ciamis, biasanya penyelenggara acara Marhaba’an mengundang masyarakat yang lain dari pintu ke pintu setelah asar, magrib, atau pada waktu isya.

Baca Juga: Buntut Sikap yang Kontroversi, Netizen Korea Mendukung Anggota Red Velvet Tanpa Irene

Acara ini biasanya dipimpin oleh seorang ajengan atau kyai dan diawali dengan tawassul kepada Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya, keluarganya, serta orang-orang beriman.

Acara kemudian dilanjutkan dengan membaca selawat, marhaba, lalu ditutup dengan doa. Setelah itu pemilik rumah yang menyelenggarakan acara akan membagikan bingkisan berupa makanan kepada para tamu yang telah berdoa.

Berbeda dengan di Ciamis, tradisi Maulid Nabi di pinggiran kota Jakarta biasanya dipusatkan pada satu masjid terbesar di daerah tersebut dengan mengadakan pengajian dan doa bersama.

Baca Juga: Ini Besaran UMP 2021 di 34 Provinsi Setelah Pemerintah Putuskan Tak Ada Kenaikan di Tahun Ini

Uniknya, biasanya warga akan memberikan sajian yang dinamakan ambengan secara sukarela untuk kemudian dimakan bersama oleh warga yang menghadiri acara tersebut.

Pengumpulan dan pembagian ambengan ini bertujuan untuk membiasakan warga agar senang bersedekah, sekaligus menjadi daya tarik bagi warga agar bersemangat mengikuti prosesi acara.

Sementara itu, di daerah Garut masyarakat biasanya memperingati Maulid Nabi dengan memperbanyak shalawatan serta mengadakan pengajian di masjid dan membahas mengenai kisah-kisah Nabi Muhammad SAW. 

Baca Juga: Polemik Karikatur Nabi Muhammad Charlie Hebdo, Kemenlu RI Didesak Ajukan Protes Keras ke Prancis

Selain itu, warga akan mempersiapkan bingkisan makanan untuk dibagikan kepada orang yang menghadiri acara itu. 

Bingkisan tersebut dikumpulkan melalui sistem urunan atau pengumpulan kolektif. Masyarakat menyumbangkan dana maupun makanan untuk dikumpulkan di masjid dan dibagikan kemudian. 

Perayaan Maulid Nabi khususnya di daerah Jawa Barat Sebagian besar serupa. Akan tetapi, detail pelaksanaannya berbeda antara satu daerah dengan yang lainnya. 

Baca Juga: Ramalan Zodiak Besok 28 Oktober 2020: Aquarius Waktunya Bertemu Gebetan, Pisces Sabar ya, Capricorn?

Setiap daerah memiliki sebutan maupun metode uniknya masing-masing dalam merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW.***

Editor: Fitri Nursaniyah

Tags

Terkini

Terpopuler