Rapid Test 2.0 dan SPR, Alat Deteksi Covid-19 Buatan Unpad dan ITB Masuki Masa Validasi Sampel Virus

- 19 Juni 2020, 09:29 WIB
ALAT deteksi virus corona Rapid Test 2.0 dan SPR tengah diuji.*
ALAT deteksi virus corona Rapid Test 2.0 dan SPR tengah diuji.* //DOK.HUMAS PEMROV JABAR

PR BANDUNGRAYA - Setelah melewati validasi uji sampel virus di laboratorium, dua alat deteksi virus corona Rapid Test 2.0 dan Surface Plasmon Resonance (SPR) yang dikenmbangkan oleh Univesitas Padjadjaran (Unpad) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) kini sedang divalidasi ke sampel virus sebenarnya.

Kepala Pusat Studi Infeksi Fakultas Kedokteran Unpad Bachti Alisjahbana mengatakan, validasi bertujuan untuk meyakinkan atau menilai kualitas rapid test 2.0 dan SPR. Salah satunya membandingkan tingkat akurasi dengan metode teknik reaksi rantai polimerase (polymerase chain reaction/PCR) yang sudah terbukti baik.

"Kami bekerja sama dengan beberapa pihak dalam validasi ini. Saat ini, formulasi dan uji CePAD di skala laboratorium terhadap protein virus sudah menunjukkan hasil yang baik, jadi bisa dilanjutkan ke validasi di lapangan" kata Koordinator Peneliti Rapid Test COVID-19 Unpad dari Fakultas MIPA, Muhammad Yusuf sebagaimana dilaporkan Humas Pemprov Jabar.

Baca Juga: Sambut New Normal Jepang, Film-film Studio Ghibli Akan Ramaikan Pembukaan Bioskop Pascapandemi

Rapid test 2.0 mampu mendeteksi antigen, sehingga virus bisa lebih cepat dideteksi karena tidak perlu menunggu pembentukan antibodi saat tubuh terinfeksi virus.

"Deteksi antigen bisa digunakan untuk mengetahui penyebab orang sakit ketika sedang menunjukkan gejala seperti demam dan batuk. Jika orang baru terpapar virus beberapa hari, deteksi antibodi kemungkinan besar negatif atau nonreaktif karena antibodi terhadap virusnya belum terbentuk," kata Yusuf.

"Cara kerja rapid test 2.0 ini, sampel swab dicampurkan ke larutan khusus, kemudian diteteskan ke alatnya. Sama dengan rapid test yang sekarang, 10-15 menit hasilnya keluar. Selain swab nasofaring, kami juga sedang mengembangkan sampling dari air liur," tuturnya.

Baca Juga: Kota Bandung Catat Lebih dari 1.700 Kasus DBD, Dinkes: Tertinggi di Jawa Barat

Yusuf mengatakan, pihaknya bersama mitra industri sedang melengkapi fasilitas assembly rapid test dan produksi 5.000 kit pada Mei hingga Juni 2020 untuk keperluan validasi.

Jika validasi menunjukkan hasil yang baik, maka mulai Juli 2020 pihaknya akan memproduksi 10.000 hingga 50.000 kit per bulan.

Halaman:

Editor: Fitri Nursaniyah

Sumber: Humas Pemprov Jabar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x