Dia pun menyoroti tiga area dimana H&M mempercepat transformasinya, kecepatan, dan fleksibilitas dalam rantai pasokannya sendiri. Integrasi toko fisik dan penawaran digitalnya akan di fokuskan kepada keberlanjutan sambil tetap menjanjikan pakaian yang memiliki 'nilai berharga'.
Baca Juga: Update Kasus Virus Corona DKI Jakarta Hari Ini 2 Oktober 2020: Pasien Meninggal Bertambah 3 Orang
"Saya yakin kami akan tampil lebih kuat, tetapi saya ingin rendah hati bahwa kami masih dalam krisis," kata Helmersson.
Pihaknya menambahkan bahwa H&M akan lebih siap dan lebih tangguh untuk menghadapi gelombang kedua di pandemi Covid-19.
Hal tersebut muncul setelah H&M menyatakan bahwa penjualannya merosot pada September hingga 5 persen, setelah itu turun ke 16 persen pada kuartal ketiga dibandingkan dengan tahun sebelumnya menjadi 5,7 miliar dolar Amerika atau setara dengan Rp 85 miliar.
Baca Juga: Sinopsis Film Gods of Egypt, Perjuangan Bek Taklukan Dewa Kegelapan Tayang Malam Ini
Pada puncak krisisnya, terdapat empat dari lima toko H&M diseluruh dunia tutup tetapi sekarang hanya 166 yang tutup.
"Saya benar-benar berpikir bahwa membalik setiap batu dan bekerja sangat keras telah memperkuat kami untuk masa depan. Kami harus menilai hampir semuanya," ucap Helmersson.***