Mitos atau Fakta: Kebiasaan Nyeri saat Haid pada Perempuan Bisa Hilang Setelah Menikah? Ini Faktanya

- 25 November 2020, 17:49 WIB
Ilustrasi nyeri haid: Dokter beberkan alasan mengapa nyeri haid dapat reda setelah menikah.
Ilustrasi nyeri haid: Dokter beberkan alasan mengapa nyeri haid dapat reda setelah menikah. /PIXABAY/Cdd20

PR BANDUNGRAYA - Bukan hal yang aneh jika seorang perempuan mengalami nyeri di area tertentu saat mengalami datang bulan atau haid.

Biasanya nyeri diderita oleh wanita di awal-awal haid, bisa dari rentang hari pertama hingga ketiga.

Area nyeri biasanya terjadi di panggul dan atau perut. Kondisi nyeri bisa meningkat dan mereda seiring dengan dilakukannya berbagai aktivitas. Biasanya, nyeri akan sedikit tak terasa jika perempuan berada dalam posisi tertentu, seperti telentang, atau tengkurap.

Baca Juga: Iming-iming Akan Nikahi ART, Begini Kronologi Kasus Pencurian Arloji Total Rp1 M di Babakan Ciparay

Namun, ada pendapat bahwa nyeri haid akan berkurang atau justru hilang saat perempuan telagh menikah. Ternyata hal ini bukan hanya mitos, dokter membenarkan kemungkinan hilangnya nyeri haid dengan alasan sebagai berikut.

"Nyeri haid salah satunya bisa karena endometriosis. Ada orang yang merasakan nyeri haid lalu setelah menikah, ada risiko sulit hamil," kata dokter spesialis obstetri dan ginekologi, Kartika Cory dalam #HaloTalks Vol. 4, Rabu 25 November 2020 sebagaimana dilaporkan Antara.

"Jika hamil, endometriosis yang mengganggu sudah diserap tubuh sehingga muncul anggapan setelah menikah dan hamil maka nyeri perut akan hilang. Sebenarnya, benar juga pernyataannya," kata dia.

Baca Juga: Akun Instagram Paus Fransiskus Terciduk Sukai Foto Seksi, Tanggapan Sang Model: Aku Akan ke Surga

Endometriosis seperti dilansir Healthline terjadi ketika jaringan endometrium tumbuh di luar rahim misalnya di ovarium, usus dan menyebabkan perlengketan.

Jaringan ini akan tumbuh, menebal, dan rusak. Seiring waktu, jaringan yang rusak tidak punya tempat untuk keluar dan terjebak di panggul.

Oleh karena itu, muncul nyeri di panggul dan kondisi ini bisa meningkat seiring waktu.

Baca Juga: Jakarta Catat Kasus Tertinggi, Berikut Update Corona Indonesia per Hari Ini, 25 November 2020

Selain nyeri di panggul, gejala endometriosis juga bisa mencakup kram sebelum dan berlanjut selama beberapa hari hingga periode menstruasi, nyeri saat berhubungan intim hingga perdarahan yang berlebihan saat menstruasi.

Kondisi ini tergolong gangguan menstruasi yang setidaknya dialami 10 persen wanita, selain siklus haid dan volume darah yang keluar selama haid tak normal.

Menurut Kartika, normalnya, siklus haid berlangsung setiap 21-25 hari dengan durasi masa haid 3-7 hari dan banyaknya darah sekitar 40-60 ml atau membuat wanita harus 3-4 kali ganti pembalut per harinya.

Baca Juga: UPDATE Corona Indonesia Hari Ini Rabu 25 November 2020: Kasus Positif Betambah 5.534 dalam Sehari

Untuk mengetahui dan memastikan ada tidaknya kelainan dari sisi siklus maupun perdarahan, seorang wanita dianjurkan mencatat siklus haidnya yang meliputi hari pertama dan akhir menstruasi setiap bulan (untuk tahu siklus haid), lalu jumlah pembalut yang dipakai per hari.

"Kalau sudah tahu siklus (dengan pencatatan siklus) Anda bisa tahu kapan mengalami Premenstrual Syndrome (PMS), bisa menghindari gejala berat," kata Kartika.

Selain mendeteksi gangguan selama menstruasi, pencatatan siklus haid juga untuk memantau masa subur untuk program KB, identifikasi usia kehamilan, maupun perencanaan aktivitas bagi mereka yang memiliki implikasi sakit yang serius saat dalam keadaan menstruasi.

Baca Juga: 5 Idol Korea Selatan Ini Langsung Bayar Utang Orang Tua Usai Sukses, Nomor 1 Dijuluki Malaikat!

Nyeri haid juga bisa karena penyebab lain. Konsultan senior sekaligus ahli bedah vaskular dan endovaskular di The Harley Street Heart and Vascular Center di Gleneagles Hospital Singapura, Sriram Narayanan mengatakan, varises atau pelebaran pembuluh darah di perut bagian bawah yang mengarah ke sindrom kongesti panggul (PCS) bisa menjadi salah satu alasan menstruasi terasa menyakitkan.

Namun, untuk mendeteksinya tidak mudah karena gejalanya seringkali disalahartikan sebagai masalah lain semisal diare atau sembelit dari sindrom iritasi usus besar.

Selain itu, PCS bisa terjadi bersamaan dengan kista ovarium dengan derajat nyeri bervariasi.***

Editor: Fitri Nursaniyah

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x