Network
BANDUNGRAYA.ID - Simak inilah 6 tanda psikologi yang menjadi ciri gangguan mental pada anak, salah satunya kerap dialami yakni ketergantungan pada gadget.
Dalam penelitian psikologi, mental menjadi fokus utama yang kini menjadi penting di tengah gempuran teknologi seperti gadget yang mudah ditemui.
Namun jarang diketahui, ternyata kertergantungan gadget pada anak menjadi tanda menurut penelitian psikologi bahwa telah terjadi gangguan mental.
Baca Juga: Psikologi: Mau Tahu Tanda Orang Mencintai Kamu, Begini Penelitian Ilmiahnya
Seringkali kita menjumpai permasalahan secara psikologis di media sosial, yang berpotensi untuk mengganggu kesehatan mental untuk jangka panjang.
Hal tersebut sering terjadi dikalangan anak remaja, karena kurangnya literasi terkait psikologis dan kesehatan mental.
Maka dari itu sebagai orang tua kita harus lebih memahami permasalahan-permasalahan anak remaja di jaman sekarang, untuk mencegah hal tersebut dapat mempengaruhi kepribadian sang anak.
Selain itu, perubahan zaman merupakan salah satu faktor yang cukup berpengaruh bagi kesehatan mental. Seperti maraknya informasi di media sosial mampu mempengaruhi psikologis seseorang.
Baca Juga: Fakta Psikologi: Hati-hati Ternyata Trauma Masa Kecil Berakibat Buruk Hingga Dewasa, Ini Tandanya
Hal yang perlu digaris bawahi bagi orang tua, yaitu kita harus memperlakukan dan mendidik anak sesuai dengan zamannya.
Seringkali kedekatan antara seorang anak renggang dengan keluarga, Karena orangtua menggunakan metode asuh atau cara mendidik yang ketinggalan zaman.
Maka ketika celah itu hadir, seorang anak tidak akan memahami apa yang harus dilakukan dan begitupun kita sebagai orang tua.
Dilansir dari kanal youtube Psych2go, Terdapat beberapa tanda jika seseorang sedang mengalami depresi, sedih atau gelisah.
Baca Juga: Psikologi: Cara Hindari Burn Out Sebelum Fresh Graduate Terjun ke Dunia Kerja
Berikut 6 gejala psikologis yang dapat mempengaruhi kesehatan mental:
1. Ketergantungan akan gadget
Penggunaan gadget merupakan salah satu cara kita untuk berinteraksi dengan dunia luar melalui media sosial.
Namun, Ketika seorang anak merasa depresi akan menjadikan gadget sebagai pelarian ketika menghadapi masalah, dan selalu menyibukan diri dengan gadget.
Pada awalnya penggunaan gadget untuk menghindari masalah akan memberikan rasa nyaman. Namun jika hal tersebut terus dilakukan, dapat membuat anak terus menjauhi interaksi dengan orang sekitar.
Penggunaan gadget yang terlalu lama juga dapat mempengaruhi mood seseorang.
2. Menjauhi teman dan keluarga
Menurut profesor di University of Kansas, Professor Stephen Ilardi orang yang secara klinik mengalami depresi akan cenderung menjauhi teman dan keluarga.
Maka sebagai orang tua kita harus membuat anak tidak merasa terisolasi. Berikan perhatian yang lebih kepada sang anak, dan pahami permasalannya.
Ketika sudah memahami permasalahan yang sedang mereka hadapi, ajak anak kalian untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan.
Namun jika para orang tua merasa cukup sibuk, anjurkan anak untuk bermain bersama teman-temanya.
3. Kesulitan berkonsentrasi
Menurut terapis perilaku Natasha Santos, kesulitan berkonsentrasi ketika memproses informasi sangat berhubungan dengan depresi dan kesehatan mental.
Hal tersebut terjadi karena, otak seseorang yang mengalami depresi tidak akan bekerja secara maksimal dan selalu hilang fokus ketika merasakan depresi.
Jika para orang tua mengabaikan hal ini, dan tidak ada yang memperdulikan.
Kesulitan berkonsentrasi akan mempengaruhi dampak yang lebih luas, seperti nilai akademiknya di sekolah.
4. Selalu merasa bersalah
Perlu kita ketahui bahwa lingkungan keluarga, keadaan sosial, dan budaya yang buruk dapat mempengaruhi kesehatan mental anak.
Seorang anak akan sering merasa sedih dan bersalah ketika tidak mendapatkan suatu hal yang baik. Cenderung selalu menyalahkan diri sendiri, selalu merasa sedih dan kecewa akan kehidupan.
Dalam posisi tersebut sebagai orang tua, harus segera merangkul anaknya jika mereka terjebak dalam kondisi selalu bersalah. Cobalah untuk Memberikan perhatian lebih dan memberikan pemahaman yang memotivasi.
5. Tidak tertarik dengan kegiatan yang menyenangkan
Anhedonia merupakan gejala depresi ketika seseorang mulai tidak tertarik akan kegiatan yang menyenangkan. Para orang tua harus sering memperhatikan perkembangan anak, berikan perhatian lebih jika sang anak terlihat sering murung dan malas melakukan aktivitas yang ia sukai.
Berikan pemahaman kepada anak terkait masalah yang sedang dihadapi, dan mulai ajak dia melakukan aktivitas-aktivitas kecil yang tidak menguras energi.
6. Perubahan pola nafsu makan
Menurut psikologis klinis Susan Albert, seorang anak yang mengalami perubahan pola nafsu makan sangat berkaitan erat dengan depresi dan kesehatan mental.
Contohnya ketika dalam kondisi merasa tertekan dan gelisah level serotonin dalam otak akan meningkat.
Hal tersebut dapat merubah pola nafsu makan akan jadi lebih banyak, karena Makanan dapat meningkatkan level serotonin.
Sedangkan jika pola nafsu makan tiba-tiba menjadi berkurang, diakibatkan hilangnya motivasi, merasa terlalu gelisah dan berpikir bahwa mengkonsumsi makanan tidak akan membuat hidup menjadi lebih baik.
Memiliki kesadaran akan kesehatan mental, dapat meluaskan pemahaman kita akan setiap permasalahan yang orang lain hadapi.
Selain dari itu bisa membantu orang terdekat yang kita sayangi, memberikan pemahaman akan suatu permasalahan dan memberikan masukan yang memotivasi.***
