Bedakan Healing dan Refreshing, Inilah Istilah Psikologi yang Sering Disalahfahami Makna dan Penggunaannya

- 8 Desember 2022, 15:54 WIB
Istilah Psikologi yang Sering Disalahartikan Makna dan Penggunaannya
Istilah Psikologi yang Sering Disalahartikan Makna dan Penggunaannya /PIXABAY/geralt.

BANDUNGRAYA.ID- Beberapa Istilah -istilah psikologi kini tak lagi terdengar asing bagi kebanyakan orang, terutama kaum muda yang 'melek' dengan kesehatan mental dan hal lain yang berbau psikologi.

Mempelajari hal umum terkait ranah psikologi dapat dilakukan tidak saja melalui perkuliahan resmi di kampus saja, melainkan melalui konten-konten psikologi yang bertebaran di media sosial.

Namun sayangnya, informasi yang mudah didapat itu justru membuat sebagaian orang_tidak semuanya_, medah melabel orang lain, mendiagnosa diri sendiri dan memiliki dalih atau pembenaran atas kekeliruan yang dilakukan.

Baca Juga: Koordinator Duta Damai Jabar Soal Teror di Astana Anyar: Indikator Ada Pemahaman Salah dalam Menafsirkan Agama

Fenomena kurang tepatnya penafsiran maupun penggunaan istilah dalam psikologi ini membuat sebagaian orang sibuk menghakimi orang lain.

Menambah ilmu pengetahuan dan informasi sangat diwajibkan, namun barangkali parlu adanya kesadaran dan bijak dalam penggunaannya: kepada siapa, untuk apa, dan bagaimana menyikapi sebuah informasi.

Berikut adalah beberapa istilah psikologi yang sering disalahfahami makna dan penggunaannya.

1. Bedakan Healing dan Refreshing


Dikutip dari Cambridge Dictionary, Healing merupakan pengalaman subjektif yang sangat pribadi yang melibatkan rekonsiliasi dari peristiwa menyedihkan, tujuannya agar merasa kembali utuh sebagai pribadi.

Baca Juga: Daftar Artis Korea yang Paling Banyak Ditonton di TikTok Edisi 2022, Ada Bias Kamu?

Sementara, Refresing adalah sesuatu yang sangat berbeda dan menarik, sehingga membuat pulih dan kembali bersemangat.

Jadi healing tentu saja berbeda dengan refreshing yang identik dengan berlibur, atau berekreasi. Healing itu bukan piknik atau jalan-jalan melainkan proses penyembuhan atas penderitaan.

Memerlukan tenaga ahli seperti, konselor, psikolog atau psikiater untuk mendiagnosis sehingga dapat diidentifikasi penyebab guna meminimalkan, menghilangkan atau mengatasi penderitaan pasien.

2. Toxic Parents


Toxic parents adalah orang tua yang tidak menghormat dan memperlakukan anaknya dengan baik sebagai seorang individu.

Orang tua melakukan berbagai kekerasan pada anak bahkan membuat kondisi psikologisnya terganggu.

Namun, istilah Toxic Parent kerap disalahfahami penggunannya. Informasi ini malah membuat seorang anak tega melabel orang tuanya sebagai "toxic parents".

Baca Juga: Bagaimana Tafsir QS Taubah 29 yang di Tulis Pelaku Bom Bunuh Diri di Astana Anyar Menurut Kemenag?

Bahkan menjadi dalih untuk membenarkan kekeliruan yang anak perbuat pada orang tuanya, “Ya wajar lah, gue kayak gini. Orang tua gue tuh toksik banget!”.

Bijaknya, istilah toxic parents itu tidak digunakan dari sudut pandang anak, namun digunakan untuk diri sendiri-kelak saat sudah menjadi orangtua- bukan untuk orang tua saya atau orang tua mereka.

Melainkan untuk merenung, “Apakah saya sudah benar dalam mengasuh anak? Saya termasuk toxic parents atau tidak, ya?”

3. Psikologi dan Psikiater


Psikolog menyelidiki penyebab gejala psikologi dari sisi non-medis, sedangkan psikiater dari sisi medis.

Perbedaan psikolog dan psikiater selanjutnya dilihat dari tugas/pekerjaannya. Seorang psikiater menyelidiki penyebab gejala psikologi dari sisi medis dan kelainan susunan saraf pada penderita penyakit kejiwaan.

Baca Juga: Link Streaming Jadwal Perempat Final Fifa World Cup 2022, Brazil vs Croatia hingga France vs England

Psikologi adalah bidang non-medis yang mempelajari perilaku dan perasaan seseorang, mulai dari pola pikir, aksi, reaksi, dan juga interaksi.

Sementara psikiatri adalah bidang medis yang mengkhususkan diri pada kesehatan mental. Mulai dari diagnosis, pengobatan, dan pencegahan.***

4. Self-Diagnose


Self diagnose merupakan tindakan mendiagnosis diri sendiri memiliki sebuah penyakit atau gangguan berdasarkan Informasi-informasi yang didapatkan dari berbagai sumber secara mandiri

Bahkan mental illness diromantisasi, seolah itu keren, atau dijadikan alasan bagi sebagian orang untuk tidak tumbuh, berkembang, dan belajar.

Baca Juga: Contoh Latihan Soal PAS Matematika SMA Kelas 10 Semester 1 Tahun Ajaran 2022-2023

I ever meet this kind of person, a lot. Padahal, imbauan untuk tidak melakukan self-diagnose telah banyak diinformasikan, alih-alih mendiagnosis diri sendiri dan larut dalam kekhawatiran yang belum pasti.

Temui ahli profesional kalau kamu memang penasaran dengan diagnosamu atau ingin mendapatkan treatment.

Banyaknya informasi tentang kesehatan mental saat ini adalah untuk mengedukasi, informasi, bukan untuk diagnosa. Semoga makin banyak orang yang tercerahkan.***

Editor: Raabi Ghulamin Halim

Sumber: Cambridge Dictionary


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah