Ikuti Langkah UEA, Bahrain Setuju untuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

12 September 2020, 13:09 WIB
Ilustrasi Donald Trump. /Pixabay/BarBus

PR BANDUNGRAYA - Bahrain bergabung dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan menyetujui untuk menormalisasi hubungan dengan Israel pada Jumat, 11 September 2020 waktu setempat, langkah ini dapat membuat Palestina semakin terisolasi.

Presiden AS Donald Trump mengunggah pengumuman di Twitter setelah dia menghubungi Raja Bahrain Hamad bin Isa Al Khalifa dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

"Ini benar-benar hari bersejarah," kata Donald Trump seperti dilansir Pikiranrakyat-bandungraya.com dari Reuters

Baca Juga: Berikut 30 Besar Boy Group K-Pop Paling Populer September 2020, BTS Duduki Peringkat Pertama

"Membuka dialog langsung dan hubungan antara dua masyarakat dinamis dan ekonomi maju ini akan melanjutkan transformasi positif Timur Tengah dan meningkatkan stabilitas, keamanan, dan kemakmuran di kawasan," kata pihak Amerika Serikat, Bahrain dan Israel dalam pernyataan bersama.

Sebulan yang lalu, UEA setuju untuk menormalisasi hubungan dengan Israel di bawah kesepakatan yang melibatkan AS dan rencananya akan ditandatangani pada upacara Gedung Putih pada hari Selasa yang diselenggarakan oleh Donald Trump.

Upacara tersebut akan dihadiri oleh Netanyahu dan Menteri Luar Negeri Emirat Sheikh Abdullah bin Zayed al-Nahyan.

Baca Juga: Izin Tidak Bekerja karena Sakit, Atasan Perusahaan Ini Menganggap Alasannya yang Kekanak-kanakan

Pernyataan bersama itu mengatakan Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif Al Zayani akan bergabung dalam upacara itu dan menandatangani "Deklarasi Perdamaian bersejarah" dengan Netanyahu.

Netanyahu mengatakan keputusan Bahrain menandai era baru perdamaian.

“Selama bertahun-tahun yang panjang, kami berinvestasi dalam perdamaian, dan sekarang perdamaian akan berinvestasi pada kami, akan menghasilkan investasi yang benar-benar besar dalam ekonomi Israel,” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan video.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Emirates, Hend al-Otaiba, mengucapkan selamat kepada Bahrain dan Israel, dengan mengatakan, "pencapaian penting dan bersejarah lainnya yang akan memberikan kontribusi besar bagi stabilitas dan kemakmuran kawasan."

Bahrain, sebuah negara kepulauan kecil, adalah rumah bagi markas regional Angkatan Laut AS. Arab Saudi pada tahun 2011 mengirim pasukan ke Bahrain untuk membantu memadamkan pemberontakan bersama Kuwait dan UEA.

Baca Juga: PSBB Total Akan Diberlakukan, Berikut 7 Rekomendasi Aplikasi Penunjang Aktivitas Selama di Rumah

Bahrain menjadi negara Arab keempat yang mencapai kesepakatan semacam itu dengan Israel, yang bertukar kedutaan dengan Mesir dan Yordania beberapa dekade lalu.

Sebuah pernyataan yang dikeluarkan atas nama kepemimpinan Palestina mengutuk perjanjian itu sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan Palestina.

"Pimpinan Palestina menolak langkah yang diambil oleh Kerajaan Bahrain dan menyerukannya untuk segera mundur dari itu karena kerusakan besar yang ditimbulkannya pada hak-hak nasional yang tidak dapat dicabut dari rakyat Palestina dan tindakan bersama Arab," kata pernyataan itu.

Kementerian Luar Negeri Palestina mengatakan duta besar Palestina untuk Bahrain dipanggil kembali untuk konsultasi.

Baca Juga: Dewan PKPI Sebut MUI hanya LSM dan Pengurusnya Belum Tentu Ulama

Di Gaza, juru bicara Hamas Hazem Qassem mengatakan keputusan Bahrain untuk menormalisasi hubungan dengan Israel, merupakan kerugian besar bagi perjuangan Palestina, dan mendukung pendudukan.

Hossein Amir-Abdollahian, penasihat khusus urusan internasional untuk ketua parlemen Iran, menyebut keputusan Bahrain sebagai pengkhianatan besar bagi perjuangan Islam dan Palestina.

"Para pemimpin yang kurang hati-hati di UEA, #Bahrain tidak boleh membuka jalan bagi skema Zionis," cuit pejabat itu.***

Editor: Bayu Nurullah

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler