FBI Bungkam, Pemimpin Al-Qaeda yang Paling Dicari Dibunuh Pasukan Keamanan Afghanistan

25 Oktober 2020, 09:35 WIB
Pemimpin senior Al-Qaeda, Abu Muhsin Al-Masri tewas dibunuh Pasukan Keamanan Afghanistan.* /Twitter/@NDSAfghanistan/

PR BANDUNG RAYA – Pasukan Keamanan Afghanistan telah membunuh Abu Muhsin Al-Masri, pemimpin senior kelompok teroris Al-Qaeda yang paling dicari oleh Biro Investigasi Federal atau FBI.

Hal tersebut diumumkan oleh Direktorat Keamanan Nasional (NDS) Afghanistan melalui akun Twitter resminya.

"Berita sela: sebagai hasil dari operasi unit pasukan khusus NDS di provinsi Ghazini, seorang anggota kunci Al-Qaeda untuk sub-contanint Abu Muhsen Almisry terbunuh," cuit NDS.

NDS mengatakan bahwa Abu Muhsin Al-Masri berperan penting dalam distribusi dukungan material dan sumber daya Al-Qaeda, serta konspirasi rencana pembunuhan warga negara AS.

Lebih lanjut, NDS meyakini bahwa Abu Muhsin Al-Masri merupakan figur paling berpengaruh kedua di Al-Qaeda yang tewas dalam operasi khusus di provinsi Ghanzi.

Sementara itu, FBI menolak untuk memberikan komentar, sebagaimana dilansir Prbandungraya.pikiran-rakyat.com dari The Guardian.

Baca Juga: Jadwal Bola Malam Ini Liga Inggris Live di TV: Arsenal, Tottenham dan Pemuncak Klasemen Everton

Kendati demikian, FBI memaparkan bahwa Abu Muhsin Al-Masri yang kerap kali menggunakan nama Husam Abd-al-Ra'uf ini merupakan warga negara Mesir.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengatakan bahwa kurang dari 200 anggota Al-Qaeda saat ini tengah berada di Afghanistan.

Oktober ini menandai 19 tahun sejak AS pertama kali melakukan invasi di Afghanistan untuk menggulingkan penguasa Taliban, yang menyembunyikan militan Al-Qaeda di balik serangan 11 September 2001.

Baca Juga: Jennifer Lawrence Blak-blakan Tak Jadi Dukung Partai Republik Gegara Donald Trump

Secara bertahap, AS berencana menarik kembali pasukannya dari Afghanistan setelah mencapai kesepakatan dengan Taliban pada Februari lalu.

Berdasarkan kesepakatan itu, pasukan asing akan meninggalkan Afghanistan pada Mei 2021 mendatang dengan imbalan jaminan kontra-terorisme dari Taliban.

Taliban diketahui setuju untuk melakukan perundingan terkait gencatan senjata secara permanen, sekaligus pembagian kekuasaan dengan pemerintah Afghanistan.

Baca Juga: Pangandaran Gempa Hari Ini, Berikut Cara Evakuasi Darurat saat Gempa Bumi di Situasi Pandemi

Sementara proses perdamaian intra-Afghanistan kabarnya telah dimulai di Doha bulan lalu.

Terlepas dari perundingan tersebut, pertempuran antara Taliban dan pasukan Afghanistan terus berlanjut dalam beberapa pekan terakhir.

Pekan lalu, utusan khusus AS, Zalmay Khalilzad mengatakan bahwa Taliban telah menyetujui rencana untuk mengatur ulang kesepakatan guna menarik pasukannya dari negara itu.***

Editor: Abdul Muhaemin

Tags

Terkini

Terpopuler