Jang Hansol Jelaskan Kronologi Guru SD yang Mengakhiri Hidupnya hingga Terjadinya Demo 'GyoKweon'

- 24 Juli 2023, 21:21 WIB
Jang Hansol Jelaskan Kronologi Guru SD yang Mengakhiri Hidupnya hingga Terjadinya Demo 'GyoKweon'
Jang Hansol Jelaskan Kronologi Guru SD yang Mengakhiri Hidupnya hingga Terjadinya Demo 'GyoKweon' /Instagram/@hansoljang110 /

BANDUNGRAYA.ID - Jang Hansol Jelaskan Kronologi Guru SD yang Mengakhiri Hidupnya hingga Terjadinya Demo 'GyoKweon'.

Pada Selasa, 18 Juli 2023, terjadi peristiwa yang menghebohkan di Korea Selatan.

Seorang guru berusia 23 tahun ditemukan meninggal dunia di ruang peralatan sekolah tempatnya mengajar, yakni SD Seoi Seoul, pada pukul 10.50 KST.

Baca Juga: Rekomendasi Healing di Kafe Kucing Instagramable Kota Bandung, Pencinta Anabul Wajib Datang!

Tahun 2023 merupakan tahun keduanya sebagai guru di SD Seoi, yang juga merupakan sekolah pertama tempat ia bekerja.

Keesokan harinya, pada tanggal 19 Juli 2023, para muridnya merasa heran karena guru tersebut tidak datang mengajar.

Ketika murid-murid bertanya tentang keberadaan sang guru, pihak sekolah menyatakan bahwa ia sedang sakit dan tidak dapat mengajar.

Alasan tersebut dipilih untuk menghindari kejutan bagi murid-murid atas kepergian sang wali kelas.

Pada tanggal 20 Juli 2023, banyak guru dari berbagai sekolah datang untuk memberikan penghormatan dengan meletakkan bunga di depan SD Seoi, sebagai bentuk dukacita atas meninggalnya guru tersebut.

Namun, seiring dengan peristiwa tersebut, beredar berbagai rumor yang mencuat di antara warga, di antaranya:

1. Guru tersebut pernah menukar kelas dengan wali kelas lainnya.

2. Guru tersebut bertanggung jawab atas kasus bullying di SD Seoi.

3. SD Seoi memiliki siswa dari keluarga pejabat sehingga ada tekanan yang berlebihan.

4. Guru tersebut pernah mengeluh kepada Kementerian Pendidikan tentang kesibukannya.

5. Terlalu banyaknya komplain dari orang tua sehingga mengakibatkan stres berlebihan.

Pada hari yang sama, sekolah mengunggah pernyataan resmi sebanyak dua kali.

Pernyataan pertama dihapus dan diganti dengan pernyataan kedua yang telah direvisi.

Meskipun inti dari pernyataan tersebut sama, ada satu poin yang dihapus pada pernyataan kedua, yaitu poin 'Salah satu rumor memang benar, tapi kasus itu teratasi langsung keesokan harinya'.

Poin ini mengacu pada insiden ketika salah satu murid menggores dahi temannya dengan pensil, dan orang tua murid tersebut melakukan komplain berlebihan kepada guru wali kelas, bahkan diluar jam sekolah.

Kemudian beredar berita yang menyebutkan alasan yang menyebabkan guru tersebut mengalami stres saat bekerja di SD Seoi, antara lain:

1. Terus menerus mendapatkan komplain berlebihan dari orang tua murid.

2. Guru tersebut menyatakan bahwa tahun ini lebih sulit dibandingkan tahun sebelumnya, dan dia ingin mengganti nomor handphone untuk menghindari komplain terus menerus dari orang tua murid.

3. Pernah mengalami insiden di mana salah seorang murid berteriak kepadanya, menyebabkan trauma dan kekhawatiran yang berulang setiap hari sebelum bekerja.

4. Pernah dihadapkan pada orang tua yang datang dengan sikap agresif dan kata-kata menyakitkan saat berkomplain.

Para rekan kerjanya menyebutkan bahwa guru yang meninggal tersebut merupakan sosok yang baik, selalu tepat waktu, dan menjalankan tugasnya dengan baik.

Selain empat hal di atas, juga terdengar kabar bahwa guru tersebut baru saja mengalami putus cinta dengan kekasihnya, yang kemungkinan ikut berkontribusi pada stres yang dialaminya.

Peristiwa ini menyebabkan para guru di Korea Selatan melakukan demonstrasi untuk meningkatkan 'GyoKweon' atau 'Hak Mengajar'.

Dahulu, Korea Selatan mengizinkan guru untuk menggunakan kekerasan fisik sebagai tindakan disiplin terhadap murid yang tidak berkelakuan baik.

Namun, seiring berkembangnya zaman yang lebih sensitif terhadap kekerasan, guru di Korea Selatan dilarang melakukan kekerasan terhadap murid, bahkan tidak diizinkan untuk marah.

Namun, fenomena siswa yang tidak memiliki sopan santun semakin merajalela.

Terdapat kasus siswa kelas 6 SD yang melakukan kekerasan fisik terhadap gurunya, bahkan menyebabkan mata dan tangan gurunya cidera.

Beberapa guru bahkan dilaporkan dengan tuduhan kekerasan seksual ketika mencoba membangunkan siswa tidur.

Guru di Korea Selatan dihadapkan pada tantangan mendidik secara benar, namun terbatasnya peluang untuk menggunakan 'Hak Mengajar'.

Kejadian tragis yang menyebabkan meninggalnya guru ini telah menciptakan empati di antara para guru, karena mereka dapat merasakan betapa sulitnya menjadi guru di Korea Selatan.

Editor: Resa Mutoharoh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah