Di tengah kehancuran itu, Jamal Abu Kayed (14) di ujung selatan Kota Rafah menemukan cara untuk melupakan rasa takutnya. Bersama anak-anak lainnya, ia bermain sepak bola di tempat penampungan pengungsi.
"Setiap peluang untuk bermain adalah pelarian dari mimpi buruk serangan Israel," kata Jamal, sambil menggambarkan bagaimana lingkungan berubah menjadi puing-puing.***