Perdagangan Ilegal Satwa Liar Timbulkan Masalah Baru, Badan Konservasi Afrika Tuntut Pengawasan K

- 24 September 2020, 18:50 WIB
Simpanse terancam punah di Afrika Selatan karena ada perdagangan satwa liar secara global.
Simpanse terancam punah di Afrika Selatan karena ada perdagangan satwa liar secara global. /PIXABAY/ Vilve Roosioks
PR BANDUNGRAYA - Kelompok konservasi satwa liar menuntut pengawasan lebih ketat terhadap perdagangan satwa liar global setelah pekan lalu seekor simpanse dikirim secara ilegal dari Afrika ke kebun binatang asing dengan kedok ekspor resmi.

Diperkirakan ada 200.000 ekor simpanse yang tersisa di alam liar, dengan jumlah yang diproyeksikan menurun hingga 80 persen dalam 30 tahun ke depan karena hilangnya habitat.
 
Ancaman tersebut diperparah dengan reproduksi primata yang lambat.

Perdagangan ilegal juga menimbulkan bahaya yang signifikan, sekitar 3.000 simpanse, gorila, bonobo, dan orangutan dibunuh dari hutan setiap tahun.
 
 
Program Lingkungan PBB mengatakan, organisasi satwa liar juga menunjukan garis kabur dari perdagangan legal di mana pengawasan pemerintah yang tampak lemah, sehingga berdampak pada berkurangnya jumlah satwa.

Ben Williamson, direktur program Perlindungan Hewan Dunia AS, mengatakan bahwa perdagangan legal hewan liar, di bawah perjanjian multilateral Convention on International Trade in Endangered Species (CITES), menyediakan perlindungan untuk perdagangan ilegal.

“Setiap hari, ribuan hewan liar diburu dari alam liar dan dijual ke perdagangan komersial legal bernilai miliaran dolar global. Sesederhana memberi label yang salah atau membayar petugas bea cukai untuk mencari cara lain untuk melanggar aturan CITES dan berkontribusi pada kematian populasi,” ujarnya seperti dilansir Pikiranrakyat-bandungraya.com dari Independent.

Pada bulan Mei, penyelidikan oleh kelompok konservasi Afrika Selatan, Ban Animal Trading (BAT) dan EMS Foundation, menemukan bahwa ribuan hewan yang terancam punah, termasuk simpanse, diperdagangkan secara ilegal dari negara tersebut ke Tiongkok.
 
Baca Juga: Ibu-ibu PKK di Lokasi TMMD Reguler Brebes Juga Bagikan Ratusan Masker
 
Perdagangan hewan liar hidup Afrika Selatan dengan Tiongkok penuh dengan penyimpangan yang dieksploitasi oleh para pedagang.

Pan African Sanctuary Alliance (PASA) bekerja untuk menyelamatkan primata yang terancam punah dan merupakan asosiasi pusat satwa liar terbesar di Afrika.

Sebuah studi tahun 2018 menemukan bahwa nilai rata-rata pasar internasional untuk bayi hidup simpanse atau simpanse remaja cukup tinggi setiap tahunnya.

"Perdagangan satwa liar, baik legal maupun ilegal, merupakan salah satu penyumbang utama penurunan spesies, keanekaragaman hayati, serta kesehatan manusia dan hewan, hewan  terperangkap dalam jaring gelap perdagangan, sungguh tragis," kata Audrey Delsink, direktur satwa liar untuk Humane Society International yang berbasis di Afrika Selatan.
 
 
Katto Wambua yang merupakan seorang penasihat peradilan pidana senior di badan amal konservasi internasional, Space for Giants, yang juga melatih para penyelidik, jaksa penuntut, dan hakim di enam negara Afrika menambahkan agar segera membuat tindakan hukum terhadap tersangka penjahat satwa liar lebih efektif.

“Pelanggaran proses hukum harus menjadi fokus otoritas nasional di Afrika sebagai bagian dari strategi peradilan mereka yang lebih luas, Itu berarti kerja keras membangun kapasitas sistemik. Itu sama pentingnya dengan melengkapi penjaga hutan di semak-semak untuk menghentikan perdagangan satwa liar ilegal, tetapi ini jauh lebih jarang menjadi fokus dan kekurangan dana secara kronis," ujar Wambua.***

Editor: Bayu Nurullah

Sumber: Independent


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x