Aksi Protes Anti-Prancis Kian Melebar, Polisi Korea Selatan Buru 2 Pelaku Poster di Gedung Kedubes

- 5 November 2020, 16:38 WIB
Aksi protes anti-Prancis kian melebar.
Aksi protes anti-Prancis kian melebar. /PIXABAY/jacqueline macou

PR BANDUNGRAYA - Polisi Korea Selatan telah memburu dua pelaku pemasangan poster anti-Prancis di luar gedung kedutaan besar (kedubes) Prancis, di pusat kota Seoul pada Rabu, 4 November 2020.

Sehubungan dengan poster-poster tersebut, polisi telah melakukan penyelidikan yang mengarah terhadap dua orang tersangka, yang mengutuk perlakuan Prancis terhadap Islam.

Sebelumnya, pihak kepolisian menerima pengaduan dari kedubes Prancis di Korea Selatan yang mengaku menemukan lima poster, yang menyatakan Prancis berusaha untuk menghancurkan Islam.

Baca Juga: Empat Budaya Korean Wave untuk Temani PSBB di Rumah Aja

Poster-poster tersebut ditemukan terpasang di sebelah pintu masuk utama menuju gedung kedubes, yang salah satunya bertuliskan “Jangan hancurkan agama kami.”

Sementara poster lainnya menunjukan gambar dari presiden Prancis Emmanuel Macron yang diberi tanda silang.

Menurut keterangan seorang pejabat kantor polisi Seodaemun, dua pria tak dikenal yang terekam kamera pengaman diperkirakan berusia 20 hingga 30 tahun.

Baca Juga: UPDATE Pilpres AS: Lumbung Suara Trump di Negara Bagian Ini Direbut, Biden Kini Diatas Angin

Lebih lanjut pihaknya menjelaskan jika dilihat dari penampilan, kedua tersangka diduga bukan warga asli Korea.

Sedangkan dugaan sementara menunjukan kedua tersangka sudah cukup lama merencanakan hal tersebut, sebagai bentuk peringatan kepada kedutaan Prancis.

“Berdasarkan desain poster dan penempatannya di dinding gedung kedutaan, para tersangka sudah cukup lama merencanakan,” ujarnya sebagaimana dikutip Prbandungraya.pikiran-rakyat.com dari The Korea Herald.

Baca Juga: Virus Flu Burung Kembali Mewabah di Jepang, Sekitar 330.000 Ayam Dimusnakan

Sebagaimana diketahui, perselisihan antara Prancis dan negara-negara mayoritas Muslim kian memanas, setelah Macron memberikan pernyataan kontroversial beberapa waktu lalu.

Macron membela kebebasan berbicara atas insiden pemenggalan kepala seorang guru yang menunjukkan karikatur Nabi Muhammad kepada murid-muridnya di dalam kelas.

Sebagai tanggapan, Macron memberikan pernyataan yang menggambarkan Islam sebagai agama dalam krisis di seluruh dunia, dan mengatakan Prancis tidak akan pernah menyerah pada kekerasan.

Baca Juga: Wanna One Dikabarkan Akan Reunian Kembali di Panggung Spesial MAMA 2020, Ini Detailnya!

Macron juga berjanji akan mengajukan RUU sebelum akhir tahun ini, sebagai upaya untuk memperkuat undang-undang, dan secara resmi memisahkan gereja dan negara di Prancis.

Sementara, Muslim di seluruh dunia mengecam pernyataan marcon, dan menganggap bahwa penggambaran Nabi Muhammad adalah suatu bentuk hujatan terhadap Nabi dan Islam.

Buntut panjang dari pernyataan Macron terkait hal tersebut, telah memicu gelombang protes anti-Prancis dan boikot produk Prancis di beberapa negara Muslim.***

Editor: Fitri Nursaniyah

Sumber: THE KOREA HERALD


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x