PR BANDUNG RAYA – Prancis mengutuk apa yang dikatakannya sebagai "deklarasi kekerasan" oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan meningkatkan kemungkinan sanksi baru terhadap Ankara pada Kamis 5 November 2020.
Erdogan telah berseteru sengit dengan Presiden Prancis, Emmanuel Macron di sejumlah titik api geopolitik dan baru-baru ini, perjuangan Prancis melawan apa yang disebutnya Islam "radikal".
"Sekarang ada deklarasi kekerasan, bahkan kebencian, yang secara teratur diposting oleh Presiden Erdogan yang tidak dapat diterima," ungkap Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian sebagaimana dikutip prbandungraya.pikiran-rakyat.com dari Aljazeera.
Baca Juga: Simak 7 Deretan Smartphone Termurah di Bawah 3 Jutaan 2020: Xiaomi, OPPO, Vivo
Erdogan telah bergabung dengan seruan dari seluruh dunia Muslim untuk memboikot produk Prancis sebagai tanggapan atas pernyataan Macron bahwa Islam adalah agama "dalam krisis" secara global.
Dengan mengatakan bahwa presiden Prancis membutuhkan perawatan mental atas pandangannya tentang Islam.
Ketegangan semakin memanas ketika Macron, pejabat tinggi, dan publik Prancis memperbarui dukungan mereka untuk hak menampilkan karikatur Nabi Muhammad yang sangat menyinggung umat Islam karena mereka sering mencampurkan Islam dan kekerasan.
Baca Juga: Kurangnya Kejelasan Tentang Pemilihan AS Bisa Berdampak Buruk Pada Ekonomi Global
Turki berjanji untuk menanggapi dengan cara yang sekuat mungkin untuk larangan Prancis terhadap kelompok Ultranasionalis Grey Wolves Turkey.