AWAS, BMKG Ungkapkan Hal Ini Soal Indian Ocean Dipole, Apa Itu?

22 Juli 2023, 18:01 WIB
AWAS, BMKG Ungkapkan Hal Ini Soal Indian Ocean Dipole, Apa Itu? //PIXABAY/Peggy Marco

BANDUNGRAYA.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama Pusat Prediksi Iklim Dunia lainnya telah mengumumkan adanya potensi El Nino di Samudera Pasifik selama semester kedua tahun ini.

Selain itu, fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) juga turut berperan di Samudera Hindia yang dapat berdampak pada iklim global.

Apa itu Indian Ocean Dipole (IOD)?
Indian Ocean Dipole (IOD) merujuk pada fenomena perbedaan suhu permukaan laut di dua wilayah di Samudera Hindia.

Wilayah bagian barat berada di sebelah timur Afrika, sementara wilayah bagian timur terletak di sebelah barat Sumatera dan sebagian perairan Indonesia.

Baca Juga: INFO BMKG: Prakiraan Cuaca Wilayah Jawa Barat 18 Maret 2023, Cek Segera Wilayahmu!

Variasi suhu permukaan laut antara kedua wilayah ini menciptakan apa yang disebut sebagai dipole, atau lebih dikenal dengan istilah dwikutub.

Dampak IOD pada Iklim di Indonesia:

IOD menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi iklim di Indonesia, terutama dalam hal curah hujan di wilayah tersebut.

Perubahan suhu permukaan laut akibat IOD dapat mempengaruhi dinamika cuaca dan iklim di wilayah Indonesia.

Baca Juga: Cetak Gol Cantik, Messi Bawa Inter Miami Hantam Cruz Azul: Ini Jalannya Pertandingan Seru

Fase IOD:

IOD memiliki tiga fase utama, yaitu fase netral, positif, dan negatif, dan rata-rata setiap fase terjadi setiap 3-5 tahun sekali.

1. Fase Netral

Pada fase netral, aliran massa air dari Samudera Pasifik mengalir melalui jalur Arus Lintas Indonesia (Arlindo) yang membuat perairan Indonesia dan sekitarnya tetap hangat.

Di wilayah bagian timur, udara naik karena suhu permukaan laut yang hangat, sementara di wilayah barat, udara turun karena suhu permukaan laut yang lebih dingin.

Hal ini menyebabkan putaran besar Sirkulasi Walker di Samudera Hindia dan mengalirkan angin barat di sekitar khatulistiwa. Pada fase netral, dampaknya terhadap iklim dan cuaca di Indonesia tidak signifikan.

2. Fase Positif

Pada fase positif, terjadi pelemahan angin baratan di Samudera Hindia, bahkan hingga arahnya terbalik. Hal ini memungkinkan air hangat didorong ke arah barat di sekitar timur Afrika.

Akibatnya, permukaan laut hangat berkonsentrasi di bagian barat Samudera Hindia, sementara di bagian timur dan perairan Indonesia menjadi lebih dingin.

Perubahan ini mengakibatkan pergeseran pola Sirkulasi Walker, memindahkan pusat konveksi dan hujan terkonsentrasi ke wilayah barat, yakni sebelah timur Afrika. Di wilayah Indonesia, terutama bagian barat dan selatan, curah hujan dapat mengalami penurunan.

3. Fase Negatif

Pada fase negatif, suhu permukaan laut di wilayah bagian timur Samudera Hindia dan perairan Indonesia menjadi lebih hangat dari biasanya, sementara wilayah baratnya menjadi lebih dingin.

Angin baratan bertiup lebih kuat, mendorong massa air hangat lebih banyak terkonsentrasi di wilayah timur Samudera Hindia.

Udara naik lebih terkonsentrasi di wilayah Indonesia, yang menciptakan potensi pertumbuhan awan dan meningkatkan curah hujan, terutama di bagian barat dan selatan.

Kondisi IOD Terkini:

Per tanggal Juni 2023, indeks IOD sebesar +0.10, yang menandakan kondisi IOD saat ini berada pada fase netral.

Namun, BMKG memprediksi bahwa kondisi IOD akan berubah menjadi positif dan diperkirakan akan bertahan hingga Oktober 2023.***

Editor: Resa Mutoharoh

Tags

Terkini

Terpopuler