Kemudian, sehari sebelum pembunuhan terjadi, Kuat Ma'ruf kembali memergoki Brigadir J berdekatan dengan Putri Candrawathi di kamar.
Menanggapi hal ini, Ahli Hukum Tata Negara Refly Harun mempertanyakan apakah kedua peristiwa tersebut setimpal dengan rencana pembunuhan yang dilakukan oleh Ferdy Sambo.
"Katakanlah dia melihat bahwa J berdekatan dengan PC di sofa dan kemudian di kamar. Ini gak jelas, pengertian berdekatan itu kan not having sex (tidak berhubungan intim) tentunya kan," kata Refly Harun.
Baca Juga: VIRAL Foto Kondisi Terkini Bharada E Pakai Baju Tahanan, Tapi Netizen Malah Salah Fokus, Kenapa?
"Karena kalau katakanlah intim seperti itu, kan gak mungkin Ma'ruf menegur langsung. Dan rasanya tidak mungkin Ma'ruf bisa langsung intervensi seperti itu. Kita tidak tahu berdekatan duduknya. Dia kan tidak bilang pelukan, ciuman, tapi dia bilang berdekatan," tambahnya.
Refly Harun menduga, Putri Candrawathi membuat alibi bahwa ada pelecehan seksual yang dilakukan oleh Brigadir J lantaran Ferdy Sambo marah dengan peristiwa itu.
"Maka, apakah iya Ferdy Sambo tiba-tiba tergerak untuk merencanakan pembunuhan? Kalau begitu, kejam sekali dia. Kejam sekali. Baru mendengar isu saja, dia sudah membunuh orang, kejam sekali," tuturnya.
Mantan Staf Ahli Mahkamah Konstitusi itu juga mempertanyakan mengapa Ferdy Sambo harus sampai berkonspirasi dengan anak buah yang pangkatnya jauh lebih rendah. Bahkan, dengan polisi berpangkat Bharada dan Bripka.
"Dia kan jenderal, dia tinggal panggil saja. Dia panggil Bharada E, dia panggil ini, semuanya. Kenapa dia harus berkonspirasi seperti akan menghadapi orang yang kuat, atasan, orang yang hebat, sehingga harus berkomplot?" ujar Refly Harun.