Siapakah Sosok Tony Blair yang Datang Ke Istana Presiden Diminta Untuk Mempromosikan IKN?

- 20 Oktober 2022, 17:36 WIB
Siapakah Sosok Tony Blair yang Datang Ke Istana Presiden Diminta Untuk Mempromosikan IKN?
Siapakah Sosok Tony Blair yang Datang Ke Istana Presiden Diminta Untuk Mempromosikan IKN? /Instagram : @jokowi

BANDUNGRAYA.ID - Siapakah sosok Tony Blair yang datang ke Istana Presiden diminta untuk mempromosikan IKN?

Presiden Jokowi bertemu dengan Dewan Penasihat Ibu Kota Nusantara (IKN), Tony Blair di Istana Merdeka, Jakarta pada hari Rabu, 19 Oktober 2022.

Dalam pertemuannya tersebut Presiden Jokowi didampingi oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi yakni Luhut Binsar Pandjaitan serta Menteri Sekretaris Negara yakni Pratikno.

Baca Juga: SERU! Sinopsis Black Adam, Film yang Tayang Hari ini di Bioskop Tanah Air

Selama perbincangan berlangsung Presiden Jokowi dengan Tony Blair, Luhut mengatakan, pertemuan tersebut membahas seputar rencana pemindahan Ibu Kota ini dan Tony Blair diminta Presiden Jokowi untuk mempromosikan Ibu Kota baru ke ranah Internasional.

Lantas siapakah sosok Tony Blair yang bertemu dengan Presiden Jokowi ke Istana Presiden?

Dikutip dari website pemerintahan Inggris gov.uk, Tony Blair merupakan mantan perdana menteri dari tahun 1997 hingga tahun 2007, kemudian ia juga merupakan orang yang paling lama menjabat sebagai Perdana Menteri Inggris dari Partai Buruh.

Tony Blair lahir pada tahun 1953 di Edinburgh, Skotlandia, setelah mengambil cuti tahun kemudian Tony Blair kuliah di Universitas Oxford mengambil jurusan hokum, setelah lulus dari jurusan hukum, Tony Blair menjadi pengacara.

Baca Juga: 5 Jenis Pembayaran Digital di Indonesia, Bayar Mudah dan Praktis dengan Hp

Tony Blair mulai bergabung dengan Partai Buruh pada tahun 1975, dan di tahun 1983 Tony Blair berhasil memperebutkan kursi aman Sedgefield.

Sebelum menjadi Perdana Menteri Inggris, Tony Blair mengambil beberapa peran Kabinet Bayangan pada tahun 1992.

Tony Blair dipandang sebagai politisi jenis baru dengan karisma yang luar biasa, bisa dibilang di tahun itu sebagai pemimpin oposisi terbaik pada zaman modern, bahkan berhasil mereformasi 'Klausul IV' konstitusi dari Partai Buruh, lalu tidak mengejutkan ketika Partai Buruh memenangkan pemilihan umum 1997.

Menggantikan peran John Major, kemudian Tony Blair secara resmi menjadi Perdana Menteri pada 2 Mei 1997.

Selama menjabat Predana Menteri Inggris, Tony Blair melakukan perubahan besar di tahun 1998 kala itu ketika proses perdamaian Irlandia Utara benar-benar mengalami kemajuan dengan Perjanjian Jum’at Agung.

Baca Juga: 5 Jenis Pembayaran Digital di Indonesia, Bayar Mudah dan Praktis dengan Hp

Dalam urusan luar negeri, Tony Blair menjadi semakin yakin akan kebutuhan Inggris untuk menjadi lebih terlibat, bergabung dengan pemboman Amerika di Irak pada tahun 1998, lalu keterlibatan militer Inggris yang saat itu terbatas di Sierra Leone pada tahun 2000 memperkuat pemerintahan yang dipilih secara demokratis.

Berkat kepemimpinan Tony Blair di masa jabatan pertama, ekonomi yang sehat dan penampilan buruk Partai Konservatif, Partai Buruh memenangkan pemilihan umum 2001 dengan telak lagi dan otomatis Tony Blair melanjutkan masa jabatan kedua sebagai Perdana Menteri Inggris.

Pada masa jabatan kedua yang di prioritaskan oleh Tony Blair yakni meningkatkan laju reformasi sektor publik, yang terbentuk di Unit Pengiriman Perdana Menteri, tagihan Rumah Sakit Yayasan, Sekolah Akademi dan biaya kuliah universitas.

Baca Juga: Memes Prameswari dan Sule Pamer Foto Pakai Busana Pengantin, Fix Nikah Lagi?

Dan agenda pilihan yang meningkat, lalu Tony Blair juga bermaksud untuk menyerukan referendum Inggris mengadopsi Euro, tetapi peristiwa mencegah hal ini.

Selain itu, selama masa jabatan kedua Tony Blair turut terlibat untuk membatu Amerika dalam menangani kasus terorisme 9/11, kemudian pada masa jabatan yang ketiga Tony Blair harus terlibat langsung dengan kasus terorisme 7/7 yakni pengeboman di London.

Namun pada tanggal 27 Juni 2007, Tony Blair mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri Inggris pada masa jabatannya sudah mencapai tiga kali.***

Editor: Alvian Hamzah Jaenul Bahar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah