Menengok Kepemimpinan Presiden Megawati, Rosihan Anwar: The Sphinx

- 29 Oktober 2020, 17:36 WIB
Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri.*
Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri.* /Kemendikbud/

Menukil Buku Sejarah Kecil: Petite History Indonesia Jilid I karya Rosihan Anwar, setidaknya ada 3 sikap serta tindakan politik Megawati ketika menjabat sebagai Presiden.

Pertama, Megawati mendukung pencalonan Sutiyoso sebagai Gubernur DKI Jakarta masa jabatan 2002-2007, yang di mana Sutiyoso selaku Pangdam DKI Jaya terlibat dalam penyerangan kantor PDI-P pada 27 Juli 1996, suatu peristiwa berdarah yang memakan korban tewas 5 orang dan 20 orang menghilang.

Baca Juga: Tampil di Mata Najwa, Ernest Prakasa Sebut Megawati Lupa Prestasi Generasi Milenial Sesungguhnya

Sikap Megawati yang mendukung pencalonan Sutyoso kabarnya karena DKI Jakarta masih memerlukan seorang militer sebagai gubernur, bukan seorang sipil.

Kedua, pada Juni 2002 Megawati menentang pembentukan Pansus Bulog II. Sekjen PDI-P Sutjipto saat ditemui wartawan mengatakan, “Kami tidak menginginkan Pansus, titik.” Ketika ada kader PDI-P yang meminta Megawati untuk mempertimbangkan keputusannya, Arifin Panigoro hanya menjawab, “Ketika ada yang mempertanyakan alasannya, Mega hanya menjawab ‘hus’.”

Ketiga, apabila sikap Megawati dalam penolakan terhadap Pansus Bulog II boleh dibilang otoriter, dalam soal pembicaraan amandemen UUD 1945, khususnya terkait pemilu presiden secara langsung, Megawati cenderung konservatif. Dalam jumpa pers di Bratislava, Slovakia, Presiden Megawati justru mempertanyakan kesiapan masyarakat dalam mengikuti pemilihan presiden 2004.

Baca Juga: Info Lalu Lintas Hari Ini 29 Oktober: Peningkatan Volume Kendaraan Terjadi Menuju ke Kawasan Puncak

Apa boleh dikata, tapi itulah sikap dan pendirian Megawati di tengah masyarakat yang dilanda banyak isu; buronan Tommy Soeharto yang leluasa lalu lalang pergi ke kediamannya di Cendana sambil bersembunyi. Tersangka dugaan korupsi dana bantuan likuiditas Bank Indonesia, Sjamsul Nurnalim yang merugikan negara sekitar 10,09 triliun kabur ke Singapura dengan alasan berobat.

Semua isu tersebut, menurut Rosihan tidak akan mempengaruhi Megawati yang flegmatis, berdarah dingin.

Menurut penuturan beberapa pimred surat kabar yang ikut perjalanan Presiden Megawati ke luar negeri pada bulan Mei 2002, pada suatu malam di Bratislava, Megawati dengan santai berjalan-jalan di ibukota Slovakia itu, sambil melipir ke kafe mencicipi kopi dan kue tarcis.***

Halaman:

Editor: Abdul Muhaemin

Sumber: Kemendikbud


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x