Apa itu Flex Culture? Istilah yang Dikampanyekan Indosat dan CGV di Media Sosial Lewat Film Pendek

- 7 November 2022, 15:32 WIB
Apa itu Flex Culture? Istilah yang Dikampanyekan Indosat dan CGV di Media Sosial Lewat Film Pendek
Apa itu Flex Culture? Istilah yang Dikampanyekan Indosat dan CGV di Media Sosial Lewat Film Pendek /Jonas Leupe/UNSPLASH/
 
BANDUNGRAYA.ID – Apa itu Flex Culture? Istilah yang Dikampanyekan Indosat dan CGV di Media Sosial Lewat Film Pendek.
 
Indosat dan CGV melakukan kampanye untuk menyampaikan bahaya flex culture.
 
Flex culture saat ini menjadi perhatian Indosat dan CGV karena memberi dampak negatif bagi pengguna media sosial.
 
Indosat dan CGV menggelar acara “Awardaning Night SOS Short Movie Competition” untuk menyadarkan masyarakat akan bahaya flex culture.
 
Acara tersebut merupakan kompetisi film pendek tentang bahaya flex culture yang digelar Indosat dan CGV.
 
Minggu, 6 November 2022, Indosat dan CGV mengumumkan para pemenang dari kompetisi tersebut.
 
Mereka berharap agar generasi muda dapat menghindari flex culture dan lebih bijak dalam menggunakan media sosial.
 
Jadi apa itu flex culture? Kenapa budaya tersebut dianggap berbahaya?
 
Flex culture adalah budaya pamer gaya hidup mewah demi mencari perhatian pengguna media sosial lainnya.
 
Pada dasarnya, media sosial menjadi medan pertempuran demi popularitas dan menonjolkan eksistensi diri.
 
Budaya ini kerap dilakukan oleh selebriti, influencer, dan orang kaya. Mereka sering mengunggah foto dirinya mendapat barang mewah.
 
Contoh barang mewah yang dipamerkan dapat berupa rumah mewah, mobil canggih dan mahal, baju desainer ternama, dan uang yang banyak.
 
Tidak hanya barang mewah, membagikan foto saat liburan di sebuah lokasi eksotis dan mahal dapat menjadi flex culture.
 
Kalangan orang terkenal melakukannya agar tetap relevan bagi pengikutnya di media sosial.
 
Menjamurnya flex culture di kalangan anak muda memicu pengguna media sosial berlomba-lomba untuk memamerkan kekayaannya.
 
Hal ini akan berdampak pada statusnya sebagai pesohor. Selain itu, penerapan budaya ini dipercaya akan menambah pertumbuhan pengikut di media sosial.
 
Tidak heran pengguna media sosial menerapkannya demi meningkatkan eksistensi diri.
 
Berbagai cara mereka lakukan, mulai dari boros, berbohong, hingga bahkan melakukan tindak kriminal. Semua hanya demi citra diri di media sosial.
 
Anak muda yang meniru perilaku selebriti, influencer, dan orang kaya di media sosial otomatis akan menerapkan gaya hidup konsumtif dan materialisme.
 
Jangan kaget jika ada anak muda yang memiliki hutang hanya demi konten. Semua hanya demi konten flex culture.
 
Bahkan, beberapa dari mereka rela berbohong untuk merekayasa identitas dan kehidupannya, mengaku sebagai orang kaya.
 
Meski penerapan flex culture di kalangan selebriti dikritik sebagai dampak buruk, tampaknya budaya ini tidak akan berhenti selama media sosial masih ada.
 
Pada dasarnya, konten seperti ini menjadi laku di kalangan pengguna media sosial.***

Editor: Siti Resa Mutoharoh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x