Virus Corona Dapat Menular Melalui Tinja Manusia, Peneliti Ingatkan Biasakan Menutup Toilet Usai BAB

17 Juni 2020, 12:59 WIB
ILUSTRASI toilet.* //PIXABAY

PR BANDUNGRAYA - Sebuah studi yang dipublikasikan melalui jurnal Physics of Fluids menyebutkan bahwa virus corona dapat bertahan dalam tinja selama satu minggu usai gejala virus itu menghilang dari pengidap Covid-19.

Dikutip Pikiranrakyat-bandungraya.com dari Galamedianews, Rabu 17 Juni 2020, virus corona diklasifikasikan sebagai virus yang berbahaya, ia bahkan bisa bertahan dalam sistem pencernaan dan tinja manusa.

Oleh karena itu, tindakan dan kebiasaan kecil seperti menutup toilet usai buang air besar bisa membantu menghentikan penyebaran virus corona. Lebih baik lagi jika toilet dibersihkan sembari ditutup agar tidak ada air yang mencuat keluar.

Baca Juga: Hubungan Korsel-Korut Memanas, Blue House Kecam Kritikan Senonoh Adik Perempuan Kim Jong Un

Membilas tinja di dalam toilet berpeluang melontarkan partikel virus yang menular hingga satu meter di atas air akibat turbulensi aliran air yang cepat.

Beberapa partikel memang bisa terperangkap dalam cekungan toilet, tetapi untuk toilet yang tidak tertutup, sebanyak 60 persen partikel virus bisa lolos ke udara.

Para peneliti mengatakan virus yang kemudian terlontar keluar dapat secara langsung menginfeksi orang lain, jika tidak lansung mengenai orang, virus bisa menetap di permukaan dinding toilet atau benda-benda yang berada dekat dengan toilet seperti pegangan pintu.

Baca Juga: Dikabarkan Rampung Buat Video Klip, GFRIEND Segera Comeback dengan Album 'Song of the Sirens'

Untuk mengatasi ini, ilmuwan menyarankan para pengguna toilet baik itu toilet bersama di dalam rumah maupun toilet umum agar menutup toilet saat membilas tinja dan setelah buang air besar.

Penelitian sebelumnya mengungkap virus corona penyebab Covid-19 dapat ditularkan melalui partikel feses. Penelitian yang diterbitkan April lalu di Lancet mengidentifikasi partikel virus dalam kotoran pasien Covid-19 hampir lima minggu setelah pasien dinyatakan sembuh.

Partikel-partikel ini masih dapat hidup dan menyebabkan penularan virus corona melalui feses-oral. Meski demikian, masyarakat umum kurang mengetahui potensi rute penularan ini.

Baca Juga: WHO Sebut Dexamethasone Ampuh Sembuhkan Pasien Covid-19, Obat Apa Itu?

Perhatian besar lebih banyak diberikan pada transmisi virus melalui udara, transmisi tidak langsung melalui permukaan benda, dan transmisi langsung dari manusia ke manusia melalui tetesan atau droplet yang dihasilkan saat batuk dan bersin.

Oleh kadena itu, orang-orang kini mengatasi ketakutan penularan dengan memakai masker dan rajin mencuci tangan. Namun, peneliti mengungkap, masih sedikit orang yang menyadari bahwa ada risiko penularan virus corona yang ditimbulkan oleh feses.

Untuk memahami lebih lanjut tentang risiko infeksi di toilet, para peneliti dari Universitas Yangzhou menjalankan serangkaian simulasi komputer.

Baca Juga: Supir dan Kernet Tak Punya SIKM, Bus AKAP di Terminal Tipe A Ciakar Sumedang Belum Bisa Beroperasi

Mereka melihat dua jenis mekanisme pembilasan toilet, yaitu dengan satu saluran air dan dengan dua saluran untuk membuat aliran air yang berputar.

Simulasi menunjukkan air yang mengalir di sisi keramik mengenai sisi berlawanan dari mangkuk atau cekungan toilet. Ini menciptakan vortisitas yang mirip dengan tornado atau pusaran air.

Ketika air terus mengalir untuk membuang limbah, vortisitas naik ke udara. Droplet yang terinfeksi bisa membawa virus apa pun, termasuk influenza atau virus corona yang saat ini telah menjadi pandemi.

Baca Juga: 7 Tahun Berkarier dengan BTS, Jimin: Jika Tak Perbaharui Kontrak, Kami Tak Bisa Lihat Satu Sama Lain

Turbulensi juga membuat lontaran hingga satu meter ke udara. Begitu partikel lolos dari lubang toilet, arus udara dapat membawanya melintasi kamar mandi.

Ukuran droplet yang sangat kecil membuatnya tetap mengudara selama lebih dari 60 detik.

"Dapat dikatakan juga bahwa kecepatan lalu lintas droplet ini akan lebih tinggi ketika toilet sering digunakan, seperti toilet keluarga dalam waktu sibuk atau toilet umum di daerah padat penduduk," kata peneliti Ji Xiang Wang dari Universitas Yangzhou.***

Editor: Fitri Nursaniyah

Sumber: Galamedianews

Tags

Terkini

Terpopuler