Resesi 2023 Adalah Apa? Bikin Ekonomi Indonesia Gelap Gulita, Ini Hal yang Perlu Kamu Siapkan

14 Oktober 2022, 19:00 WIB
Resesi 2023 Adalah Apa? Bikin Ekonomi Indonesia Gelap Gulita, Ini Hal yang Perlu Kamu Siapkan /Pixabay/geralt/

BANDUNGRAYA.ID- Apa itu Resesi 2023? Katanya akan membuat ekonomi Indonesia gelap gulita, inilah yang harus dipersiapkan untuk mengahadapi Resesi 2023.

Kata kunci resesi adalah apa memang sedang dicari banyak orang. Sebab resesi ini berkaitan dengan menurunnya harga-harga atau bahkan harga-harga produk didalam negeri mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

Kali ini akan membahas tentang apa itu resesi.

Pengertian resesi

Resesi ekonomi diartikan sebagai penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan dalam waktu stagnan dan lama, mulai dari berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.

Baca Juga: Apa Tugas Panwascam 2022 Pada Pemilu 2024? Berikut Besaran Gaji yang Akan Didapat dan Syarat Mendaftar

Dalam hal ini, resesi ekonomi diklasifikasikan sebagai dua kuartal berturut-turut penurunan ekonomi. Hal ini terjadi ketika Produk Domestik Bruto (PDB) turun dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Terjadinya resesi ekonomi sering ditakuti, karena konsumen dan bisnis mengurangi pengeluarannya. Ini terjadi karena terpengaruhnya kepercayaan terhadap kesehatan ekonomi dalam hal pekerjaan dan permintaan konsumen.

Ketika terjadi resesi, banyak yang takut akan pekerjaan mereka, sehingga pengeluaran konsumen menurun, dan pada gilirannya mempengaruhi ekspektasi penjualan bisnis.

Selama resesi, orang akan kehilangan pekerjaan, bisnis bangkrut, pasar saham jatuh, dan nilai tukar cenderung menurun.

Penyebab resesi adalah dimana output ekonomi atau PDB yang terdiri dari pengeluaran konsumen, investasi bisnis, pengeluaran pemerintah, dan ekspor bersih menurun.

Baca Juga: Resep Minuman Untuk Menyembuhkan Asam Lambung, Bahan Mudah Didapat

Resesi akan terjadi ketika salah satu dari itu menurun secara signifikan, melebihi pertumbuhan komponen lainnya.

Misalnya, penurunan tajam dalam pembelanjaan konsumen dapat diimbangi oleh pertumbuhan pembelanjaan pemerintah yang mengarah pada dampak nol bersih pada PDB.

Resesi dapat terjadi karena penurunan satu komponen, dua komponen, atau keempat komponen PDB.

Dilansir dari laman BoyceWire, ada beberapa faktor yang menyebabkan resesi terjadi.

1. Keyakinan Bisnis atau Konsumen

Kepercayaan bisnis dapat menurun karena kebijakan pemerintah, penurunan belanja konsumen, atau kenaikan suku bunga.

Penurunan kepercayaan ini berdampak pada investasi (salah satu komponen PDB) karena bisnis khawatir bahwa hal itu mungkin tidak menghasilkan pengembalian yang sesuai.

Ketika kepercayaan konsumen menurun, konsumen cenderung menabung lebih banyak untuk melindungi diri mereka sendiri selama penurunan ekonomi.

Pengeluaran konsumen yang lebih rendah, menghasilkan permintaan yang lebih rendah dalam perekonomian yang menyebabkan lebih sedikit pekerjaan.

Baca Juga: Apa Itu Self Harm? Benarkah Berbahaya Bagi Orang yang Sedang Depresi Simak Penjelasannya Disini

2. Deflasi

Deflasi ditandai dengan turunnya harga barang atau jasa. Penurunan harga terus-menerus bisa membuat konsumen menunda pembelian dan menunggu hingga nominal terendah.

Keengganan konsumen untuk berbelanja karena deflasi dapat menyebabkan resesi. Hal ini karena belanja konsumen adalah bagian penting dari perekonomian.

Hal itu juga dapat mempengaruhi investasi bisnis karena bisnis mungkin akan mengurangi jumlah pekerja karena tingkat permintaan yang lebih rendah.

3. Turunnya Upah Riil

Jika harga barang dan jasa meningkat lebih cepat daripada gaji pekerja, itu berarti konsumen memiliki lebih sedikit pendapatan yang dapat dibelanjakan. Hal ini akan berdampak pada belanja konsumen.

4. Kebijakan Fiskal, Pajak dan Pengeluaran Pemerintah

Kebijakan fiskal mencakup apa yang diperoleh pemerintah melalui pajak, dan apa yang dibelanjakannya (salah satu komponen PDB).

Seperti kenaikan pajak secara signifikan akan membatasi pengeluaran konsumen karena gaji mereka digunakan untuk hal tersebut.

Ketika konsumen memiliki lebih sedikit uang untuk dibelanjakan, mereka menuntut lebih sedikit barang dan jasa, sehingga mempengaruhi perekonomian.

5. Suku Bunga Lebih Tinggi

Kenaikan suku bunga memberi tekanan pada rumah tangga karena mereka membayar lebih banyak dalam hal kredit dan hutang.

Baca Juga: Jadwal MPL ID S10 Week 8 Jumat 30 September 2022: EVOS Legends Tak Layak Masuk Babak Playoffs?

6. Uang Beredar

Akibat kurangnya uang yang beredar dalam perekonomian berarti hutang diambil tidak dapat dilunasi, dengan lebih banyak barang yang diproduksi daripada yang mampu dibeli orang.

7. Bencana Alam

Bencana alam seperti angin topan dan tsunami dapat menimbulkan kerusakan ekonomi yang besar.

Misalnya, gempa bumi dan tsunami 2011 di Jepang menghancurkan ribuan pabrik dan rumah.

Ini memiliki dampak yang signifikan pada industri manufaktur dan mengirim ekonomi Jepang ke dalam resesi.

8. Pandemi

Pada tahun 2020, Covid-19 (Coronavirus) melanda seluruh perekonomian global. Ini memaksa negara-negara maju untuk benar-benar menutup seluruh ekonomi mereka dan menyebabkan salah satu resesi terburuk yang pernah tercatat.

Bahkan ketika ekonomi dibuka kembali, konsumen masih enggan untuk kembali ke restoran, bioskop, dan toko lain karena ketakutan.

Konsekuensi yang dihasilkan adalah resesi yang berkepanjangan karena konsumen kehilangan pekerjaan dan enggan untuk berbelanja.

9. Kerusuhan Politik

Ketidakstabilan politik mempengaruhi kepercayaan bisnis dan konsumen. Sebab, hal itu menimbulkan ketidakpastian.

Hal yang harus dipersiapkan dalam mengahadapi resesi ekonomi 2023 dikutip dari YouTube JSXPRO ID pada Jumat, 14 Oktober 2022:

1. Jangan Panik

2. Bayar Hutang

3. Emergency Fund

4. Berhemat

5. Cairkan dan siapkan uang Cash

Artikel ini perdana tayang di Pikiranrakyat Depok dengan judul "Apa itu Resesi Ekonomi? Simak Pengertian dan Faktor Penyebabnya"

Hal itu mempengaruhi kemauan bisnis untuk berinvestasi. Selama ketidakstabilan politik, dapat mempengaruhi investasi bisnis sebagai bagian dari PDB, dan karena itu menyebabkan resesi.***(Rohmat Rianto/Pikiranrakyat Depok)

Editor: Raabi Ghulamin Halim

Sumber: PR Depok

Tags

Terkini

Terpopuler