Nilai Rupiah Melemah, Efek Meningkatnya Jumlah Kasus Positif Covid-19

- 2 November 2020, 13:55 WIB
Turunnya nilai rupiah.*
Turunnya nilai rupiah.* /Rappler.com/

PR BANDUNG RAYA - Nilai tukar rupiah diprediksi menguat pada perdagangan hari ini, Senin 2 November 2020, seiring dengan kenaikan jumlah kasus positif Covid-19 secara global.

Kementerian Keuangan telah menetapkan kurs pajak yang berlaku pada hari Rabu 28 Oktober 2020 hingga Selasa 3 November 2020. Artinya, kurs tersebut berlaku juga sebagai kurs pajak mingguan. Kementerian Keuangan merilis kurs pajak untuk mata uang Dolar Amerika Serikat dan 24 mata uang asing lainnya.

Sebagaimana dikutip Prbandungraya.pikiran-rakyat.com dari laman resmi Kementerian Keuangan, kurs pajak menunjukkan rupiah menguat terhadap 14 mata uang asing. Kurs pajak juga mencatat rupiah melemah terhadap 11 mata uang asing.

Baca Juga: Cek! 7 Golongan Ini Dipastikan Tak Bisa Ikut Gelombang 11 Kartu Prakerja, Siapa Saja?

Kurs pajak rupiah tercatat pada hari Rabu 28 Oktober 2020, mengalami penguatan terhadap Dolar Amerika Serikat. Rupiah menguat ke Rp 14.704,00. Rupiah menguat sebesar 64,00 poin dibanding sepekan lalu (Rp 14.768,00).

Kurs pajak mingguan juga mencatat penguatan rupiah terhadap Dolar Australia. Rupiah turut menguat sebesar 58,63 poin ke 10.452,64 poin dari sebelumnya pada sepekan lalu (Rp 10.511,27).

Selanjutnya, kurs pajak mingguan juga menunjukkan penguatan rupiah terhadap Dolar Hongkong. Rupiah menguat sebesar poin 8,29 ke Rp 1.897,24 dari pekan lalu (Rp 1.905,53).

Baca Juga: Petualangan Sherina 2 Akan Segera Tayang, Mari Simak Tanggal Rilis dan Pemeran Utamanya

Kurs pajak juga menunjukkan penguatan rupiah terhadap Dolar Singapura. Rupiah menguat sebesar 35,13 poin ke Rp 10.834,88 dibanding sepekan lalu (Rp 10.870,01).

Pada hari ini rupiah bergerak melemah 60 poin atau 0,41 persen ke posisi Rp 14.685 per dolar Amerika Serikat dibandingkan hari sebelumnya Rp 14.625.

Di saat yang sama, pergerakan mata uang di Asia cenderung beragam. Yuan China menjadi mata uang dengan penguatan terbesar setelah naik 0,09%. Disusul ringgit Malaysia dan baht Thailand, yang sama-sama menguat 0,04% terhadap The Greenback.

Baca Juga: 5 Cara Daftar Gelombang 11 Kartu Prakerja, Buruan Login www.prakerja.go.id

Kemudian ada won Korea Selatan 0,01% serta dolar Singapura yang terlihat naik tipis 0,007% pada pagi ini. Diikuti, dolar Taiwan yang terdepresiasi 0,06% dan dolar Hong Kong yang turun tipis 0,03%. Sedangkan yen Jepang terlihat stabil di posisi yang sama seperti pergerakan di akhir pekan lalu.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, mengatakan beberapa sentimen negatif membayangi pergerakan harga di pasar keuangan hari ini.

“Kasus penularan Covid-19 yang meninggi, mendorong pemberlakuan lockdown di beberapa negara Eropa. Sedangkan dari dalam negeri, pasar mewaspadai kegiatan demo penolakan UU Cipta Kerja yang akan berlangsung hari ini,” sebagaimana dikutip Prbandungraya.pikiran-rakyat.com dari Antara.

Baca Juga: Daftar Kartu Prakerja Gelombang 11 Sekarang, Pendaftaran Ditutup 4 November! Cek Cara Daftar di Sini

Pemberlakuan lockdown akan mengganggu pemulihan ekonomi dan berpotensi mendorong lemahnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat karena pasar mencari aman. Selain itu, stimulus fiskal Amerika Serikat yang ditunda juga mendorong pelaku pasar mencari aset aman.

Terkait pergerakan dolar Amerika Serikat, kinerja dolar berpotensi menguat stabil setelah Mitch McConnel, ketua dari partai mayoritas senat AS menyatakan akan menunda semua kegiatan senat hingga 9 November 2020.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah, mengatakan pergerakan rupiah memang sangat dipengaruhi oleh sentimen global. Menurutnya, saat ini investor global masih menunggu hasil pemilu presiden Amerika Serikat.

Baca Juga: Manjakan Pengguna, Google Perbarui Berbagai Sistem Jaringan dengan Fitur Terbaru

Ariston memperkirakan hari ini rupiah berpotensi melemah di kisaran Rp 14.600 hingga Rp 14.750 per dolar Amerika Serikat.

Rupiah memang butuh waktu untuk beradaptasi. Pekan lalu, mata uang Ibu Pertiwi hanya dua hari diperdagangkan, sisanya pasar libur karena cuti bersama. Oleh karena itu, rupiah perlu waktu untuk mencerna berbagai sentimen yang terlewatkan, terutama lonjakan kasus Covid-19.***

Editor: Abdul Muhaemin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah