Iklan Balenciaga Berkonsep BDSM Tuai Kecaman, Apa Sebenarnya Pengertian BDSM?

29 November 2022, 22:12 WIB
Iklan Balenciaga Berkonsep BDSM Tuai Kecaman, Apa Sebenarnya Pengertian BDSM? /Kolase Foto Balenciaga

BANDUNGRAYA.ID - Brand fashion ternama Balenciaga menerima kritikan publik, karena foto iklan terbarunya dinilai tak pantas.

Iklan yang berkonsep BDSM dinilai mengekploitasi seksualitas pada anak.

Berawal ketika Balenciaga menerbitkan foto pemotretan untuk Gift Shop, membuat para artis ternama ikut buka suara seperti Kim Kadarshian.

Kampanye yang mempromosikan koleksi musim semi/panas 2023, Balenciaga menampilkan dua anak kecil berpose dengan boneka beruang yang mengenakan baju zirah bergaya BDSM.

Baca Juga: GRATIS! Link Nonton First Love Hatsukoi (2022), Drama Jepang yang Lagi Trending di Media Sosial

Gambar tersebut menunjukan dokumen pengadilan yang menyebutkan "pornografi anak virtual".

Kim Kadarshian menganggap iklan tersebut adalah hal menjijikan, karena konsep BDSM terutama menyangkut anak-anak secara sengaja dipublikasikan.

Lantas, sebenarnya apa yang dimaksud dengan BDSM?

BDSM singkatan dari Bondage and Discipline, Dominance and Submission, Sadism and Masochism.

Sederhananya, B: perbudakan adalah belenggu, D: Disiplin adalah hukuman, S: Sadisme adalah mendapatkan cara kepuasan seseorang untuk seksual dengan menghukum.

Dan M: Masokisme adalah merupakan kebalikan dari sadisme yaitu cara seseorang untuk mendapatkan kepuasan seksual melalui hukuman dari lawan jenis.

Hal ini sesuai dengan pasal 85 ayat (1) yang berbunyi "seksual yang ditunjukkan tidak lazim atau dengan cara-cara tidak wajar.

Perilaku BDSM ini biasanya terlihat pada awal masa dewasa, bahkan sejak masa kanak-kanak.

Penyebabnya biasanya karena terlalu banyak menonton pornografi yang melibatkan tindakan kekerasan, seperti dipukul atau dibuat menderita.

Baca Juga: Diduga Berbau Pornografi Anak, Kim Kardashian Kecam Iklan Balenciaga 

Seseorang dengan gangguan perilaku BDSM ini justru malah akan merasakan senang saat mendapatkan kekerasan secara fisik maupun psikologis.

Bahkan cenderung lebih tertarik pada penderitaan dan menjauhkan diri dari kesenangan.

Dalam hal ini jelas untuk seseorang atau keluarga yang mengalami penyimpangan tersebut harus di rehabilitasi ke lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah.

Atau bisa diobati dengan cara psikoterapi, tujuannya agar mengatasi penyebab mendasar dari perilaku yang menyebabkan masokis (kepuasan seksual tak lazim).

Serta alternatif lain, seperti mengkonsumsi beberapa obat yang mengandung testosteron yang bersirkulasi dalam tubuh untuk mengurangi frekuensi gangguan terhadap pengguna.***

Editor: Raabi Ghulamin Halim

Tags

Terkini

Terpopuler