Bukan Hanya AS, Uni Eropa Ikut Tuduh Tiongkok Sengaja Sebarkan Informasi Palsu Terkait Virus Corona

- 11 Juni 2020, 11:10 WIB
BENDERA Uni Eropa.*
BENDERA Uni Eropa.* /PIXABAY

PR BANDUNGRAYA - Secara terang-terangan, Uni Eropa melemparkan tuduhan pada Tiongkok yang dinilai telah membagikan informasi keliru terkait pandemi virus corona atau Covid-19.

"Pandemi menunjukkan bahwa disinformasi tidak hanya membahayakan kesehatan warga negara kita tetapi juga kesehatan demokrasi kita," kata Vera Jourova, pejabat senior Uni Eropa pada Rabu 10 Juni 2020 sebagaimana dilaporkan The Washington Post.

Masing-masing ibu kota negara Eropa bersatu memperjuangkan keseimbangan Amerika Serikat dan Tiongkok yang saat ini masih berselisih terkait masalah keamanan dan diplomatik, termasuk respons terhadap pandemi.

Baca Juga: UIN Bandung Minta Mahasiswa KKN Bayar UKT, Tagar #GunungDjatiMenggugat Puncaki Trending Twitter

Seiring dengan menyebarnya pandemi virus corona ke hampir seluruh negara di dunia, sejumlah negara berakhir berselisih dengan Tiongkok karena pandemi ini.

Uni Eropa menilai Tiongkok memanfaatkan perpecahan Eropa ketika masing-masing negara di benua itu menghadapi puncak pandemi, hingga tak sempat menunjukkan solidaritas satu sama lain dengan saling membantu menghadapi pandemi.

Di tengah puncak pandemi yang melanda negara-negara Eropa, Tiongkok tiba-tiba datang menolong Italia, atas hal ini, Uni Eropa menilai Tiongkok telah memanfaatkan situasi.

Baca Juga: Tabrakan Aturan Terkait Ojol di Bandung, Pemkot Tegaskan Dilarang Angkut Penumpang hingga PSBB Usai

Baru-baru ini, Tiongkok dituduh menyebarkan informasi palsu setelah laman Kedutaan Besar Tiongkok di Perancis membuat klaim palsu bahwa bahwa para lansia menyebabkan penduduk mati karena telah meninggalkan tempat peristirahatan.

Pembuat kebijakan Eropa dan Amerika Serikat menuding Rusia dan Tiongkok melakukan kerja sama, mereka membuat strategi dengan cara menyebarkan informasi yang salah untuk mengeksploitasi perpecahan di masyarakat.

"Rusia dan Tiongkok telah terlibat dalam menyebarkan berita disinformasi di Uni Eropa, dan di lingkup global," kata Komisi Eropa.

Baca Juga: 27 Tenaga Medis di Puskesmas Kota Bandung Positif Covid-19, Layanan Kesehatan Buka Seperti Biasa

Pihak Uni Eropa lantas meminta platform media sosial seperti Facebook dan Twitter gencar melakukan pencarian fakta, kemudian melabeli informasi yang dianggap tidak akurat.

Layanan berbagi video TikTok milik Tiongkok juga berencana melakukan pelabelan dan pengecekan fakta terhadap informasi palsu.

Kendati demikian, Eropa mengaku tidak akan melakukan perang dingin dengan Tiongkok. Sebab, di waktu yang sama, para pejabat tinggi Eropa juga kerap melakukan kerja sama dengan Tiongkok dalam upaya memerangi virus corona.

Baca Juga: Jadwal dan Soal Program Belajar dari Rumah TVRI, Kamis 11 Juni 2020

"Saya mengatakan kepadanya (pada Pemimpin Tiongkok. red), Jangan khawatir, Eropa tidak akan memulai perang dingin dengan Tiongkok," kata Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell.

The Washington Post juga melaporkan bahwa klaim palsu sempat dibuat oleh Gedung Putih, berita bersifat disinformasi seperti meminum cairan pemutih dapat menyembuhkan pasien Covid-19 ada dalam laporan cek fakta Uni Eropa.

Jourova juga menyinggung cuitan Presiden Donald Trump yang diberikan tanda peringatan oleh Twitter.

Baca Juga: (Hoaks atau Fakta) Benarkah Pasien Covid-19 Akan Sembuh Jika Menelan Sperma?

"Twitter tidak menghapus pernyataan apa pun dari Presiden Trump, mereka hanya menambahkan fakta," ucapnya.***

Editor: Fitri Nursaniyah

Sumber: The Washingtong Post


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah