Padahal, kelelawar raksasa itu disebut merupakan kelelawar jenis Acerodon Jubatus atau kelelawar mahkota emas raksasa yang memiliki ciri khas bulu kuning di atas kepalanya.
Baca Juga: Pendapatan Pajak Menurun Rp30 Miliar saat Pandemi, Pemkot Bandung Berencana Buka Tempat Hiburan
Kelelawar jenis Acerodon Jubatus merupakan spesies kelelawar terbesar di dunia. Mereka berasal dari keluarga kelelawar yang biasa ditemukan di Afrika, India, Asia, dan Oseania.
Science Alert melaporkan bahwa kelelawar di Filipina bisa jadi merupakan kelelawar jenis Pteropus Vampyrus.
Kelelawar jenis itu ditandai dengan bentuk fisik telinga yang panjang dan lancip, serta wajah dan kepala yang menyerupai rubah.
Baca Juga: Pemerintah Bakal Sulap Situs Sumur Bandung Jadi Destinasi Wisata
Di Filipina, hampir semua spesies kelelawar terancam punah karena lebih sering diburu dan dikonsumsi oleh manusia.
Kelelawar sendiri kadang disebut sebagai mahkluk haus darah oleh sebagian masyarakat. Namun kenyataannya kelelawar lebih banyak mengonsumsi buah di sore hari. Saat siang hari, mereka akan bergelantungan di batang pohon untuk beristirahat.
Faktanya, dari total 1.300 spesies kelelawar di dunia, hanya ada tiga jenis kelelawar yang mengonsumsi darah.
Baca Juga: Diam-diam 6 Member BTS Tempuh Pendidikan Pascasarjana, Jimin dan V Bakal Jadi Mahasiswa Baru