Tunjukkan Karikatur Nabi Muhammad saat Mengajar, Samuel Paty Seorang Guru di Prancis Tewas Dipenggal

- 19 Oktober 2020, 06:42 WIB
Ilustrasi Samuel Paty dipenggal oleh seorang remaja 18 tahun.
Ilustrasi Samuel Paty dipenggal oleh seorang remaja 18 tahun. /Pixabay/PublicDomainPictures

PR BANDUNGRAYA - Samuel Paty, seorang guru sejarah di Paris, tewas dipenggal oleh remaja berusia 18 tahun saat perjalanan pulang dari sekolah pada Jumat, 16 Oktober 2020. 

Kejadian bermula ketika Paty mengadakan diskusi kelas untuk mata pelajaran pendidikan moral dan kewarganegaraan tentang kebebasan berbicara. 

Dalam diskusinya, Paty menunjukan karikatur Nabi Muhammad dari Charlie Hebdo yang memicu kemarahan dari sejumlah orang tua siswa. 

Baca Juga: Pimpin Klasemen MotoGP 2020, Joan Mir: Saya Ikut Balapan demi Balapan, Tidak Peduli dengan Kejuaraan

Sebelumnya, Paty telah meminta siswa Muslim untuk meninggalkan kelas, namun ada satu orang siswa Muslim yang tetap tinggal di kelas. 

Melalui pernyataan yang unggah di media sosial, orang tua dari siswa itu memprotes tindakan Paty, dan meluapkan amarahnya. 

Selain melalui media sosial, aksi protes orang tua tersebut diungkapkan secara langsung dengan mendatangi pihak sekolah serta mengajukan pengaduan resmi ke kantor polisi. 

Baca Juga: Jadwal SIM Keliling Kota Cimahi Hari Ini Senin 19 Oktober 2020, Siapkan Persyaratan dan Meluncur!

Untuk meredakan situasi, pihak sekolah mengadakan pertemuan antara Kepala Sekolah, Guru, dan Pejabat dari Dinas Pendidikan.

Setelah kejadian tersebut, Paty mulai merasa terancam, bahkan memutuskan untuk mengubah rutenya dalam perjalanan pulang. 

Nahas, pada Jumat sore waktu setempat, Paty ditemukan tewas dengan banyak luka di kepala, di Conflans-Sainte-Honorine. 

Baca Juga: Jadwal SIM Keliling Sumedang Hari Ini Senin 19 Oktober 2020, Daftar Mulai Pukul 8.00 WIB

Menurut laporan pertama, pelaku yang diketahui bernama Abdoullakh berada di depan sekolah tempat Paty mengajar, dan meminta beberapa siswa untuk menunjukkan Paty kepadanya. 

Seorang petugas lembaga kejaksaan anti-terorisme Prancis, Jean-François Richard mengatakan Selang beberapa menit setelah kejadian, Abdoullakh ditembak mati oleh polisi. 

Richard menambahkan bahwa dari kejadian tersebut, polisi telah menahan 11 orang, termasuk kakek, orang tua, dan saudara laki-laki dari Abdoullakh.

Baca Juga: Update Kasus Virus Corona di Jawa Barat Hari Ini, 18 Oktober 2020: Pasien Meninggal Tercatat Nol

Dilansir Prbandungraya.pikiran-rakyat.com dari Reuters, diketahui Abdullakh lahir pada 2002 di Moskow, Rusia, berasal dari Chechnya dan tinggal di Evreux, wilayah Eure, Prancis. 

Abdullakh tiba di Prancis saat berusia enam tahun, dan memiliki izin tinggal yang dikeluarkan pada empat Maret, yang berlaku hingga Maret 2030. 

Abdoullakh dikenal sebagai pemuda yang riang, bijaksana, taat dalam beragama, dan tidak menunjukan tanda-tanda radikalisasi. 

Baca Juga: LINK LIVE STREAMING Tottenham Hotspur Vs West Ham United di Mola TV, Malam Ini 18 Oktober 2020

Sementara, Tareq Oubrou, imam masjid Bordeaux, memberikan pernyataan bahwa para pemimpin Muslim mengutuk pembunuhan tersebut. 

Menurut Tareq, serangan mematikan oleh militan Islam, atau simpatisan telah menghancurkan komunitas Muslim di Prancis.***

Editor: Fitri Nursaniyah

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x