Menurutnya, kesimpulan dari studi tersebut tidak terlalu kredibel, lantaran informasi krusial, seperti perbandingan tingkat keparahan gejala yang dialami pasien, dan data lainnya tidak dijelaskan oleh WHO.
"Desain studi (yang dilakukan WHO) buruk tidak dapat diperbaiki dengan ukuran sampel yang lebih besar, tidak peduli seberapa besar (sampel tersebut)," ujarnya.
Baca Juga: KPK Ungkap 26 dari 34 Provinsi Terindikasi Dugaan Korupsi, Jawa Barat Jadi Wilayah Tertinggi
Lebih lanjut, studi WHO terhadap Remdesivir hanya dilakukan selama 10 hari, sehingga efektivitas obat itu terhadap pasien Covid-19 kemungkinan besar tidak terlalu signifikan.
Sedangkan Gilead Sciences, perusahaan biofarmasi pembuat remdesivir, memaparkan bahwa hasil yang dilaporkan WHO tidak konsisten dengan hasil studi lain, dan belum sepenuhnya ditinjau atau dipublikasikan.***