Network
BANDUNGRAYA.ID- Senin malam Tim Motards Goes To Pesantren sampai ke PPI 191 Cikelet tepatnya pada tanggal 28 Agustus 2023 dan disambut hangat oleh pimpinan pesantren Ustadz Haerul dan Ibu Iwa sebagai ketua PC Persistri Cikelet beserta keluarga.
Tujuan utama Tim Motards Goes To Pesantren ke PPI 191 Cikelet tiada lain untuk mengetahui seluruh aktifitas pesantren, guru dan santri disana yang berada tepat di sekitar pantai laut Karang Papak, Garut, Jawa Barat.
Berbekal materi tentang pelestarian laut, dampak polusi plastik dan konservasi spesies laut yang telah disiapkan sebelumnya, tim Motards Goes To Pesantren mengawali dengan membuat observasi dan pemetaan lapangan sehingga nantinya pesantren ini layak atau tidak untuk di creat menjadi pesantren maritim.
"Idealnya pesantren yang berada di Cikelet itu adalah pesantren berbasis maritim. Ketika kami datang ke sana, kami membawa asumsi tersebut sejatinya bukan satu keputusan mutlak namun semacam kesimpulan sementara," ucap Dr Rosihan Fahmi ketika dihubungi tim BandungRaya.id.
Rosihan Fahmi dkk melakukan sejumlah dialog dengan berbagai generasi, dari mulai generasi tua hingga generasi muda, baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan pesantren, bahkan melakukan komunikasi dan dialog dengan warga sekitar, kaitan tentang keberadaan dan eksistensi pesantren, yang ternyata memang pesantren tersebut berada pada titik krisis identitas, dikarenakan berhadapan dengan pesantren lainnya yang sejenis dengan menu yang sama.
"Efeknya secara kuantitas itu terancam. Berdasarkan sebut saja jumlah santri yang ada di pesantren Cikelet itu ada di bawah kurang dari 100 orang yang posisinya, baik secara struktur dan infrastruktur, bahkan secara kurikulum, sama sekali belum ada inovasi dan perkembangan," lanjut Rosihan.
Motards Goes To Pesantren berkomitmen akan terus melakukan pembinaan secara berkala untuk melanjutkan misi pemberdayaan ini dengan mengemas temuan-temuan dan hasil observasi ketika berada di pesantren Cikelet sehingga kedepannya tetap terjalin komunikasi produktif dengan pihak pesantren.
"Terbatasnya ruang dialog antar pengelola pesantren dan masyarakat, yang selama ini menjadi salah satu faktor penghambat dalam perkembangan dan kemajuan pesantren. Dengan tim Motards yang memosisikan diri sebagai 'pemicu terbukanya ruang dialog', akhirnya tim pengelola pesantren dan masyarakat bersedia untuk mencoba menginventarisir sejumlah potensi dan keterbatasan, merumuskan temuan-temuan bersama-sama, mencoba mengevaluasi hingga mengidentivikasi masalah bersama-sama, walau dengan intensitas waktu yang cukup singkat, dua hari tiga malam tim Motards bersama pesantren Cikelet kemudian muncul kesepakatan dan kesediaan dari pihak pengelola pesantren dan masyarakat bahwa mereka dengan sepenuh hati siap menyatakan diri dan bersedia bertransformasi menjadi pesantren maritim," tegas Rosihan.
