Pantau Sesar Lembang sejak 1963, BMKG Catat Banyak Kejadian Gempa, Berikut Runtunan Aktifitasnya

27 Januari 2021, 11:05 WIB
BMKG telah memantau aktivitas Sesar Lembang sejak 1963. /Pikiran-Rakyat/Satira Y

PR BANDUNGRAYA – Sesar Lembang merupakan sesar aktif yang berada di bagian utara Kota Bandung, Jawa Barat.

Dilansir tim PRBandungRaya.com dari Antara, sejak tahun 1963 Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memantau aktifitas Sesar lembang.

Berdasarkan keterangan Daryono selaku Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Pertama kali BMKG memasang dan mengoperasikan alat seismograf WWSSN (World Wide Standardized Seismograph Network) di Lembang adalah pada 1 Januari 1963.

Baca Juga: Targetkan 1 Juta Orang per Hari, Jokowi Sebut Vaksinasi Covid-19 untuk Masyarakat Pertengahan Februari 2021

Alat seismograf jenis Benioff Short 3 Komponen dan Sprengneter Long Period 3 Komponen yang dipasang di daerah Lembang tersebut berfungsi untuk memantau gempa di wilayah Indonesia dan memantau aktifitas Sesar Lembang.

Sesar Lembang memiliki panjang sekitar 25-30 kilometer berarah Barat-Timur yang menurut para ahli memiliki magnitudo dengan target besaran hingga 6,8.

Pada 2008 setelah BMKG mulai menngoperasikan jaringan monitoring gempa digital menggunakan sensor gempa dengan kawasan frekuensi lebar, aktifitas memantauan dapat dilakukan lebih baik.

Baca Juga: KABAR POPULER KEMARIN: Heboh Potensi Gempa di Bandung Akibat Sesar Lembang hingga Babak Baru Kasus Rasisme

“Bukan berarti sebelum 2008 di Sesar Lembang tidak terdapat aktifitas gempa. Jarang aktifitas gempa saat itu karena sensor gempa belum sebanyak seperti sekarang, sehingga beberapa aktifitas gempa local dengan magnitude kecil tidak terekam dengan baik,” tutur Daryono.

Kemudian pada tahun 2009, BMKG memasang 16 sensor seismic periode pendek lebih rapat untuk melengkapi 19 seismograf frekuensi lebar yang sudah dipasang di Jawa Barat dan Banten.

Sensor gempa memang sengaja dipasang ‘mengepung’ jalur Sesar Lembang, Cimandiri, dan Baribis, untuk keperluan operasional dan kajian sesar aktif.

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Virus Dapat Kembali Hidup Setelah Disuntik Vaksin Sinovac?

Diharapkan dengan memasang sensor gempa yang semakin rapat dapat memantau aktifitas Sesar Lembang dengan lebih akurat.

Dilaporkan aktifitas Sesar Lembang seperti gempa-gempa kecil masih terjadi di sepanjang jalur sesar.

Menurut penelitian Supendi, dkk. (2018) yang dipublikasikan dalam jurnal Geoscience Letters, periode 2009-2015 terjadi empat gempa teridentifikasi menggunakan jaringan sensor gempa regional milik BMKG di sepanjang jalur Sesar Lembang.

Baca Juga: PPKM Jilid 2, Pemkot Cimahi Akan Lakukan Penyesuaian Terkait Teknisnya Bukan Pelonggaran

Menurut penelitian Afnimar, dkk. (2015) menunjukan adanya aktifitas gempa di jalur Sesar Lembang.

Hasil penelitian menggunakan data seismik dari empat stasiun seismik temporer BMKG selama periode Mei 2010 hingga Desember 2011 itu mencatat Sembilan kali kejadian gempa di Sesar Lembang.

Salah satu kejadian aktifitas gempa yang sampai menimbulkan kerusakan terjadi pada tahun 2011.

Baca Juga: Jasa Angkut Jenazah di Bandung Dipatok hingga Jutaan Rupiah, Mang Oded Ungkap Kekecewaannya

Pada 28 Agustus 2011, terjadi gempa dengan magnitudo 3,3 dan kedalaman sangat dangkal sehingga mengakibatkan dampak siginifikan.

Kejadian gempa di tahun 2011 menyebabkan 384 rumah warga di Kampung Muril, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat.

Dalam penelitian Supendi, pada tahun 2017 terjadi dua kejadian gempa yaitu pada 14 Mei 2017 dengan magnitudo 2,8 dan pada 18 Mei 2017 dengan magnitudo 2,9.

Kedua kejadian gempa tersebut dilaporkan tidak menimbulkan kerusakan.***

Editor: Bayu Nurullah

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler