Pasca New Normal Tren Kasus Harian Covid-19 Capai Ribuan, Jubir Presiden: Karena Ada Tes Masif

- 12 Juni 2020, 13:18 WIB
ILUSTRASI virus corona.*
ILUSTRASI virus corona.* /PIXABAY/Fernandozhiminaicela

PR BANDUNGRAYA - Setelah menerapkan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) selama sekira dua bulan, kini Indonesia tengah menerapkan kebijakan adaptasi kebiasaan baru atau new normal yang bertujuan menggerakan ekonomi masyarakat berdampingan dengan pandemi virus corona.

Sayangnya, tepat setelah adaptasi kebiasaan baru diterapkan di beberapa wilayah, juga setelah PSBB direlaksasi dengan PSBB transisi dan PSBB proporsional, kasus harian positif Covid-19 di Indonesia justru kian meningkat.

Beberapa hari kebelakang, kasus harian bahkan mencapai angka lebih dari 1.000 yang kembali menurun pada 11 Juni 2020 menjadi 979 kasus dalam satu hari.

Baca Juga: Cek Fakta: Jokowi Gunakan Dana Haji Rp 38,5 Triliun untuk Pembangunan Infrastruktur, Simak Faktanya

Dikutip Pikiranrakyat-bandungraya.com dari RRI, Juru Bicara (Jubir) Presiden, Fadjroel Rachman mengatakan bahwa penyebab naiknya tren kasus harian virus corona di Indonesia sejalan dengan adanya rapid test yang dilakukan secara masif.

Saat ini, dalam waktu satu hari Indonesia bisa melakukan rapid test kepada 15.000 orang.

"Testing semakin bertambah sehari hampir 15.000, karena ada tes masif jadi makin banyak yang ketahuan," ucap Fadjroel pada Jumat 12 Juni 2020.

Dengan kondisi tes yang dilakukan secara masif, Fadjroel justru menilai bahwa kurva kasus virus corona di Indonesia semakin melandai. Hal ini juga didukung dengan kasus sembuhnya pasien Covid-19 yang per Kamis 11 Juni 2020 mencapai angka 12.636 orang.

Baca Juga: Tanda-tanda Musim Kemarau di Sumedang Mulai Terlihat, BPBD: Waspada Kebakaran dan Kekeringan

Fadjroel menekankan, kesembuhan pasien bukan alasan bagi masyarakat untuk lalai dalam menerapkan protokol kesehatan, apalagi saat ini berbagai kegiatan di sektor ekonomi mulai berjalan kembali.

"Jangan pula menyimpulkan karena sudah banyak yang sembuh jadi enggak papa deh sama Covid-19, toh bisa sembuh juga. Jangan coba-coba sepanjang vaksinnya belum ditemukan kita harus waspada dan disiplin," ujarnya.

Seandainya kurva kasus kembali naik karena ada gelombang kedua, Fadjroel menyebut bahwa Presiden Jokowi akan kembali menggunakan opsi pengetatan atau PSBB untuk menekan jumlah kenaikan kasus.

Baca Juga: Terdakwa Hanya Dihukum 1 Tahun Penjara, Novel Baswedan Pertanyakan Keputusan JPU Atas Kasusnya

Demi menghindari hal itu, Pemerintah harus melakukan sosialisasi yang masif menuju adaptasi kebiasaan baru atau new normal.

"Jika perkembangan naik lagi, maka akan dilakukan pengetatan lagi bahkan penutupan kembal dan ini akan terus berjalan dalam masa kenormalan baru karena vaksinnya belum ada," katanya.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto juga menyebutkan hal yang sama.

Baca Juga: Tanggapi Antusiasme Warga Bandung dalam Bersepeda, Pemkot Mulai Serius Buat Jalur Khusus Gowes

Menurutnya, peningkatan tambahan kasus positif Covid-19 terjadi belakangan ini sebab tracing dilakukan secara agresif.

Penambahan kasus datang dari spesimen yang dikirim oleh Puskesmas atau Dinas Kesehatan di daerah. Spesimen itu juga tidak didominasi dari hasil laporan rumah sakit.

"Ini adalah bukti, bahwa memang tracing yang agresif akan bisa menangkap begitu banyak kasus positif dan sudah barang tentu kita akan menginginkan kasus ini kemudian melakukan isolasi dengan sebaik-baiknya secara mandiri," ucap Yuri.

Baca Juga: Jadwal dan Soal Program Belajar dari Rumah TVRI, Jumat 12 Juni 2020

Berdasarkan kinerja data yang dilaporkan Gugus Tugas Nasional, angka penambahan kasus positif Covid-19 masih terjadi dan meningkat.

Per Kamis 11 Juni 2020, kasus virus corona di Indonesia sudah mencapai angka 35.295, dengan total kematian 2.000 orang dan kesembuhan sebanyak 12.636 orang.***

Editor: Fitri Nursaniyah

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x