Daryono menegaskan bahwa riset ITB dilakukan dengan skenario gambaran terburuk dari potensi-potensi bencana alam.
Menurutnya, hingga saat ini belum ada teknologi yang mampu memprediksi dengan tepat dan akurat terkait waktu serta lokasi gempa. Kendati demikian, pihak BMKG mengapresiasi hasil riset tersebut.
"Skenario model yang dihasilkan merupakan gambaran terburuk (worst case), dan ini dapat dijadikan acuan kita dalam upaya mitigasi guna mengurangi risiko bencana gempa dan tsunami,” katanya.
Untuk meminimalisasi risiko kerugian sosial ekonomi dan korban jiwa, Daryono menyinggung pentingnya upaya mitigasi dengan menyiapkan langkah-langkah konkret untuk menghadapi bencana alam.
Baca Juga: Berikut Spesifikasi Kamera Sony Alpha 7S III Terbaru yang Segera Dirilis November 2020
Terkait pemberitaan tersebut, Daryono menyebutkan bahwa masyarakat diharapkan tak perlu khawatir dan cemas.
“(Langkah mitigasi juga bisa dilakukan dengan) membangun bangunan rumah tahan gempa, menata tata ruang pantai berbasis risiko tsunami, serta meningkatkan performa sistem peringatan dini tsunami,” katanya.***