Apa itu Upacara Melasti? Acara yang Biasa Dilakukan Umat Hindu saat Perayaan Nyepi

- 11 Maret 2024, 09:22 WIB
Apa itu Upacara Melasti? Acara yang Biasa Dilakukan Umat Hindu saat Perayaan Nyepi
Apa itu Upacara Melasti? Acara yang Biasa Dilakukan Umat Hindu saat Perayaan Nyepi /PEXELS/Jannet Serhan

BANDUNGRAYA.ID - Menurut Surat Keputusan Bersama (SKB) yang dikeluarkan oleh tiga Menteri, Hari Raya Nyepi merupakan salah satu hari libur nasional dan cuti bersama, di mana Hari Raya Nyepi pada tahun 2024 jatuh pada Senin, 11 Maret, sedangkan cuti bersamanya pada Selasa, 12 Maret.

Ada beragam acara yang diselenggarakan dalam perayaan Hari Raya Nyepi, terutama di Bali. Setiap tahapan pelaksanaannya mengandung makna dan simbolisme yang khas bagi tradisi dan kepercayaan masyarakat Hindu.

Baca Juga: Inilah 5 Menu yang Bagus Dikonsumsi Saat Sahur Ramadhan 2024 Agar Tubuh Sehat Bugar Kata Dokter Zaidul Akbar

Salah satu acara yang dilakukan umat Hindu saat perayaan ini adalah upacara Melasti.

Berdasarkan informasi yang tersedia di situs resmi Kebudayaan Kemdikbud, upacara Melasti merupakan sebuah ritual suci yang dilakukan sekali setahun sebelum umat Hindu merayakan Tahun Baru Saka.

Ritual ini berlangsung di pura-pura yang berdekatan dengan sumber air suci, seperti laut, danau, atau sungai.

Kata "Melasti" sendiri berasal dari kata "Mala" yang berarti kotoran atau dosa, dan "Asti" yang berarti hilang atau lenyap. Dengan demikian, Melasti melambangkan usaha untuk membersihkan jiwa dari segala dosa dan kekusutan, menuju kesucian dan kesadaran yang lebih tinggi.

Ritual dan Persiapan

Persiapan untuk Melasti dimulai beberapa hari sebelumnya. Umat Hindu bersiap dengan penuh dedikasi, mempersiapkan persembahan, patung-patung dewa, serta barang-barang keagamaan lainnya. Ritual ini sering dilakukan di tepi pantai atau sumber air yang dianggap suci oleh masyarakat setempat.

Pelaksanaan Upacara

Saat tiba hari Melasti, suasana menjadi hening. Umat Hindu berkumpul di pantai atau sumber air suci, mengenakan pakaian adat dengan penuh kekhusyukan. Dalam ritual yang dipimpin oleh pemangku adat atau pendeta, patung-patung dewa dibawa ke lokasi penyucian.

Para peserta melakukan prosesi memasuki air laut atau sumber air, membawa persembahan dan melantunkan mantra-mantra suci. Patung-patung dewa dicuci secara simbolis, melambangkan penyucian jiwa dan alam semesta. Suara gemuruh ombak bergabung dengan nyanyian suci, menciptakan atmosfer yang membumi dan transenden.***

Editor: Resa Mutoharoh


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x