Kekerasan Online pada Perempuan Semakin Meningkat di Tengah Penggunaan Medsos yang Terus Menjamur

5 Oktober 2020, 07:47 WIB
Ilustrasi media sosial. /PIXABAY

PR BANDUNGRAYA - Sebuah survei mengenai kekerasan online terhadap perempuan dewasa dan remaja yang dilakukan Plan International merilis hasil penemuan yang mengejutkan.

Dilansir Prbandungraya.pikiran-rakyat.com dari The Guardian, survei yang dilakukan terhadap responden dari lebih 20 negara ini memaparkan pesan eksplisit, foto tidak senonoh, cyberstalking, dan bentuk penyalahgunaan internet lainnya.

Badan amal yang fokus pada kesetaraan perempuan ini melakukan survei terhadap 14.071 remaja dan dewasa dengan rentang usia 15 hingga 25 tahun, dan berlangsung pada 1 April 2020 hingga 5 Mei 2020.

Perilaku seksisme menjadi salah satu bentuk kekerasan yang paling sering ditemukan di media sosial.

Baca Juga: Manchester United Harus Akui Kekalahan dari Tottenham Hotspurs di Kandang Sendiri dengan Skor 1-6

Dari seluruh responden yang mengikuti survei, jenis kekerasan online yang paling umum adalah penghinaan dengan kata kasar yakni mencapai 59 persen.

Yang diikuti oleh tindakan mempermalukan yang disengaja 41 persen, serta penghinaan terhadap tubuh dan ancaman kekerasan seksual, masing-masing berkontribusi sebesar 39 persen.

Secara global, kekerasan online lebih sering dijumpai di media sosial Facebook, sebagaimana yang dilaporkan 39 persen responden, diikuti di Instagram sebanyak 23 persen, WhatsApp 14 persen, Snapchat 10 persen, Twitter 9 persen, dan TikTok 6 persen.

Satu dari lima responden atau 19 persen, pernah menjadi korban kekerasan online, mengalami trauma psikis yang membuat mereka mengurangi penggunaan media sosial secara signifikan.

Sedangkan satu dari 10 responden lainnya atau sekitar 12 persen telah mengubah cara mereka berinteraksi secara di media online.

Baca Juga: Donald Trump Sempat Alami Penurunan Oksigen, Begini Kondisinya Setelah Mendapat Perawatan

Ketika ditanya mengenai pelaku kekerasan online, 40 persen responden mengatakan bahwa mereka mengalaminya dari orang-orang di lingkungan sekolah, atau tempat kerja dengan persentase 29 persen, teman dekat 29 persen, dan mantan pasangan 16 persen.

Sementara 38 persen lainnya mengaku dilecehkan oleh pengguna anonim di media sosial.

Kendati demikian, jumlah ini disinyalir akan terus meningkat, mengingat penggunaan media sosial selama masa pandemi Covid-19 yang terus meningkat.

Kepala eksekutif Plan International, Susanne Legena, mengatakan bahwa media sosial merupakan tempat terburuk yang pernah diciptakan manusia.

"Kekerasan telah berkembang, bukan hanya dilakukan secara langsung, tapi juga secara online. Kekerasan online dapat menjadi faktor penyebab masalah kesehatan mental jangka panjang," katanya.

Baca Juga: Jadwal Pemadaman Listrik Wilayah Bogor Hari Ini, Senin 5 Oktober 2020: Terjadi hingga Sore Hari

Legena mengajak semua orang untuk ikut berkampanye menuntut perlindungan perempuan, termasuk memaksa perusahaan media sosial untuk lebih serius dalam menanggapi kasus kekerasan online.

"Ini adalah masalah hak asasi manusia," ujar Legena.***

Editor: Bayu Nurullah

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler