Mengenal Teori Stoikisme: Benarkah Otak Manusia Dipenuhi Pikiran Negatif?

- 13 Juli 2023, 18:19 WIB
Mengenal Teori Stoikisme: Benarkah Otak Manusia Dipenuhi Pikiran Negatif?
Mengenal Teori Stoikisme: Benarkah Otak Manusia Dipenuhi Pikiran Negatif? /pexels/pixabay

BANDUNGRAYA.ID - Mengenal Teori Stoikisme: Benarkah Otak Manusia Dipenuhi Pikiran Negatif?.

Stoikisme adalah aliran filsafat yang berpandangan bahwa manusia harus mampu mengontrol emosinya agar bisa bersyukur atas apa yang terjadi.

Dalam aliran stoikisme, ditekankan prinsip bahwa manusia merupakan makhluk yang mudah dipengaruhi emosi.

Baca Juga: Filsafat Hidup Bahagia, Fokus pada Apa yang Bisa Dikendalikan dengan Mengenal Teori Stoikisme

Dalam mengenal stoikisme, Indonesia memiliki 'tokoh' yang telah menjadi penganut teori stoikisme selama kurang lebih 5 tahun terakhir.

Ferry Irwandi, seorang mantan PNS Kemenkeu, menjadi viral akhir-akhir ini karena membahas teori stoikisme di kanal Youtube-nya.

Ia mengungkapkan bahwa ia telah menjadi penganut teori stoikisme selama 5 tahun terakhir.

Baginya, teori ini telah mengubah kehidupan dan cara pandangnya dalam menjalani kehidupan di dunia yang 'kejam' ini.

"Sebenarnya, stoikisme mengajarkan kita tentang penerimaan dan pengendalian diri," ujar Irwan dalam podcast bersama Raditya Dika.

Baca Juga: Stoikisme Membuat Hidup Lebih Baik? Ferry Irwandi: Anda Menderita Gejala ke-Jakselan, INI Obatnya!

"Iya, di dunia ini banyak sekali masalah dan banyak hal yang tidak dapat kita kendalikan. Tahun-tahun hidup kita dihabiskan untuk mengendalikan sesuatu yang sebenarnya kita tidak bisa, seperti pendapat orang lain tentang kita," tambahnya.

Sementara menurut Raditya Dika Stoikisme adalah satu set prinsip yang membuat kita merasa lebih baik tanpa harus melakukan ritual tertentu.

Bukan hanya membuat hidup lebih bahagia dan tenang, stoikisme juga memberikan beberapa manfaat dan pengaruh dalam kehidupan, antara lain:

1. Membantu seseorang lebih mudah bersyukur atas kehidupannya. Ini karena seseorang terlatih untuk melihat sisi positif dari suatu peristiwa atau kejadian daripada yang negatif.

2. Melatih seseorang untuk mengendalikan emosi sehingga tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.

3. Mengajarkan sikap realistis terhadap apa yang terjadi dan tidak terbawa oleh emosi.

4. Menghindarkan seseorang dari kecenderungan menyalahkan orang lain atas peristiwa buruk. Sebaliknya, penganut stoikisme cenderung mengubah cara pandang terhadap peristiwa tersebut.

Bagaimana cara menerapkan teori stoikisme dalam kehidupan sehari-hari?

1. Menyadari bahwa banyak hal di luar kendali kita, seperti ucapan orang yang menyakiti hati. Tugas kita adalah menerima dan mengendalikan diri sendiri, bukan mengendalikan orang lain.

2. Menerima hal-hal yang tidak dapat diubah. Dengan menerima dan ikhlas, kehidupan akan menjadi lebih tenang tanpa terjebak dalam masalah yang tak berujung.

3. Memilih bersikap baik. Meskipun kita terkadang dihadapkan pada kata-kata yang menyakitkan di luar kendali kita, sebagai penganut stoikisme, kita hanya bisa menerima dan mengendalikan diri agar tetap berbuat baik tanpa melukai orang lain.

Secara kesimpulan, banyak hal di dunia ini yang tidak dapat kita kontrol, seperti jodoh, kesehatan, kematian, dan berbagai kejadian tak terduga lainnya seperti kegagalan dalam bisnis. Prinsip stoikisme sangat berguna dalam menghadapinya.

Menurut komentar pengguna Youtube @denioktarian1778, prinsip stoikisme sangat membantu saat ditanya tentang pencapaian yang tidak sesuai ekspektasi orang lain, karena hal tersebut tidak bisa kita kendalikan atau berada di luar kendali kita. Yang dapat kita kendalikan adalah bagaimana kita merespons dan memandang hal-hal tersebut.

Editor: Resa Mutoharoh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah