Waspada Marak Peretasan Berkedok Antivirus McAfee, Google Akui Pelacakan Masih Sulit Dilakukan

18 Oktober 2020, 13:42 WIB
Ilustrasi peretas. /PIXABAY

PR BANDUNGRAYA - Baru-baru ini Google merilis laporan terkait maraknya kasus peretasan dengan dalih meniru perangkat lunak antivirus McAfee.

Kelompok peretas yang dijuluki Advanced Persistent Threat atau APT-31 ini menggunakan metode email phishing untuk meretas komputer korban.

Peretas akan mengirimkan tautan melalui email, kemudian mengarahkan korban untuk mengunduh McAfee.

Meski begitu, korban tidak akan sadar bahwa dirinya bukan mengunduh dan menginstal McAfee, melainkan virus malware.

Baca Juga: Ungkap Kecintaannya terhadap BLACKPINK, Finn Wolfhard Pemeran Stranger Things Unggah Gim Monolopi

Setelah berhasil diunduh dan diinstal pada komputer, peretas ini akan memiliki kontrol yang penuh terhadap komputer korban.

Sehingga peretas dapat mencuri semua data yang ada di dalam komputer dengan sesuka hati.

Dilansir Prbandungraya.pikiran-rakyat.com dari The Verge, Google mengakui bahwa pelacakan terhadap serangan ini ternyata masih sulit untuk dilakukan.

Pasalnya kelompok peretas mengunggah file malware, yang kemudian akan diunduh oleh korban, pada layanan open-source legal seperti GitHub dan Dropbox.

"Bagian berbahaya dari serangan ini di hosting di layanan yang legal, sehingga sulit untuk mendeteksinya," kata Kepala Grup Analisis Ancaman Google, Shane Huntley.

Baca Juga: Changbin Stray Kids Buat Kagum Penggemar di Episode Pertama Show Me The Money Season 9

Kendati demikian, Huntley memaparkan bahwa pihak Google akan terus berupaya untuk mendeteksi serangan malware tersebut.

Selain itu, Google akan mengirimkan email peringatan kepada korban, sehingga korban dapat menyadari bahwa komputer miliknya sedang diretas.

Berdasarkan laporan dari Google, kelompok peretas APT-31 diduga memiliki keterkaitan dengan pemerintah Tiongkok.

Kelompok peretas ini juga diduga merupakan kelompok sama yang mencoba meretas komputer milik staf untuk kampanye Joe Biden dan Donald Trump dengan email phishing serupa pada Juni 2020 lalu.

Baca Juga: 7 Judul Drakor Ini Akan Tayang Akhir 2020, Bertabur Bintang dari Ji Chang Wook hingga Song Joong Ki

Sementara itu, kelompok peretas berbasis di Iran juga pernah menggunakan metode serupa untuk menyerang kampanye Presiden Donald Trump beberapa waktu yang lalu.

Meski begitu, Google tidak menyebutkan siapa target utama dari serangan peretasan oleh APT-31 ini.

Oleh karena itu, seluruh pengguna internet diimbau untuk selalu berhati-hati, terutama ketika menerima email yang terkesan mencurigakan.***

Editor: Bayu Nurulah

Sumber: The Verge

Tags

Terkini

Terpopuler